Sabtu, 31 Desember 2011

Pas Akhir Tahun 2011

Akhirnya, aku ketikan lagi segala apa yang ada di pikiran aku pagi ini, 1 Januari 2011. Aku baru tersadar pagi itu, kalu begitu bodohnya aku dan begitu mudahnya manusia untuk melampiaskan rasa senang yang berlebihan pada segala yang ada di dunia ini.
Aku awali dari sore hari, 31 Desember 2011, sekitar pukul 19.00. Aku merasa terganggu dengan suara berisik warga, sepeda motor, dan kendaraan lain yang mengeluarkan carbon monoksida di jalan depan kosanku. Aku mulai berpikir, sedang terjadi apakah di luar sana? Aku baru tersadar kalau hari itu adalah hari terakhir di tahun 2011. Mungkin mereka ingin merayakannya di luar sana. Aku mencoba keluar dari pintu kamar kosku dan mulai berjalan di sepanjang jalan sekitar Bateng-Bara. Ramai suara motor dan mobil, terompet, petasan, dan kembang api. Ada juga bau asap sang penjual jagung bakar di samping pintu Berlin. Aku lihat penjual itu mulai dari tadi pagi sampai malam duduk disana berdua dengan sang anak yang usianya kurang lebih 7 tahun. Aku lanjutkan lagi kaki ini untuk melangkah menuju Alfamidi. Aku hanya membeli sebuah es krim kesukaanku dikala aku sendiri. Di sana, kulihat beberapa bahkan banyak orang memborong soft drink, cemilan, kue, dan minuman bersoda lain. Aku tanya pada salah seorang dari mereka, buat apa mereka membeli makanan sebanyak itu? Dijawablah oleh seorang sahabatku, buat begadang peringatan tahun baru katanya. Oh, aku mulai berpikir lagi, seumur hidup aku belum pernah merayakan tahun baru, aku hanya melihat petasan yang dibunyikan oleh tetanggaku di kampung sana. Aku keluar dari Alfamidi dan bertemulah aku dengan sahabatku. Aku diajak ke atas gedung di IPB. Di sana aku makan bareng sahabatku itu. Ini adalah pertama kalinya aku makan besar di malam tahun baru. Aku menyulut kembang api yang diberikan sahabatku itu. Di tengah perjalanan, aku merasa ada sesuatu yang seharusnya tidak boleh aku tinggalkan, yaitu belajar. Aku mulai tersadar kalu aku harus meninggalkan sahabatku itu. Aku pergi meninggalkan sahatku itu dengan berbagai alasan. Aku kembali menyusuri jalan Bara. Bertemulah aku dengan sabatku lagi yang tengah makan di depan telkom. Aku hanya terdiam begitu juga sahabatku itu. Di lamunanku itu, aku berpikir banyak para perempuan-perempuan yang sudah balig yang memakai pakaian yang tak selayaknya dipakai. Mereka memamerkan sebagian dari tubuhnya. Dan aku mulai berpikir lagi, itu sanagt buruk bagi citra kami, para perempuan. Aku merasa risih dengan pakaian ketat, celana pendek, dan pakaian yang hanya menutupi sedikit dari dada mereka. Akupun langsung beranjak dari tempat duduku itu menuju kost. Aku mulai merebahkan badanku ini di lantai kamarku. Aku pun mulai melamun lagi. Kalau motor dan mobil itu adalah penyumbang carbon monoksida yang sangat berbahaya dan carbon dioksida, kertas petasan dan terompet merupakan hasil olahan kayu hutan dan kita adalah salah satu dari orang yang merusak hutan secara tidak langsung, kita adalah sumber kemacetan jikalau kita ,elakukan perjalanan di jalan raya dan menambah beban polisi, kita sebagai penyumbang polutan sampah anorgaik. Akankah kita akan menjadi salah satu orang yang membuat bobrok bangsa ini? Di tengah lamunanku,, aku mendengar suara berisik itu lagi muncul. Ternyata suara petasan dari tetangga. aku mulai beranjak menuju lantai tiga kosanku. Aku melihat keindahan kota Bogor. Tapi, aku juga mulai resah. Berapa uang yang mereka habiska demi petasan dan kembang api tersebut Dan apakah esensi dari itu semua? Aku mulai membuka Facebookku yang telah lama tinggalkan. Terlihat banyak status "Happy New Year", aku juga mulai bingung. Aku juga mendapatak SMS Selamat Tahun Baru. Sebenarnya, apa sih yang mereka lakukan? Cobalah berpikir ketika tahun baru Hijriah, apakah kita merayakannya? Kalau ada perayaan Tahun baru Hijriah, apakah kita mengikutinya? Apakah kita akan berubah menjadi yang lebih baik? Apakah kita menyalakan petasan dan kembang api? Apakah kita membuat sebuah permohonan? Atukah kita lupa akan adanya tahun baru Hijriah?
Ya Allah,,,, Betapa bodohnya aku ini sebagai umat-Mu. Aku belum tersadar akan itu semua. Aku merasa tak ada guna. Aku belum bisa membedakannya, dan masih banyak kesalahan-kesalahan yang telah aku perbuat.
Maaf, ini hanyalah tulisan manusia biasa. Aku hanya menulis apa yang aku pikirkan. Hheeee....

Rabu, 28 Desember 2011

Perjalanan Panjang Menuju Cikabayan

Pagi-pagi aku berjalan sendirian menuju Kebun Percobaan Cikabayan. Aku datang dari arah Babakan tengah alias Bateng tempat aku kost. Aku buru-buru menuju Cikabayan soalnya waktu telah menunjukkan pukul 08.00. Aku percepat langkah kaki ini menuju berlin. Setelah Berlin sampai juga aku di depan Faperta. Tapi apa yang aku lihat pagi itu? Jalan becek, licin, dan rusak di sepanjang Faperta sampai tanjakan FMIPA. Aku berdiri sejenak di bawah pohon besar di dekat area parkir para dosen Faperta. Aku melihat para pekerja yang sedang menggali lubang disana. Katanya sih, mau ada pelebaran jalan. Tapi yang aku sedihkan tak ada lagi pohon besar yang menaungi jalan di tanjakan FMIPA. Tapi, mungkin itu merupakan keputusan terbaik dari pihak kampus dan para kontraktor yang telah merencanakan sebuah tempat yang megah dan indah. 
Aku kembali berjalan naik menuju tanjakan FMIPA. Sebelum naik tanjakan, terdapat tulisan 'Maaf, jalan ditutup'. Aku mulai resah kala aku berjalan di jalan tersebut. Licin dan lengket, selain itu banyak kerikil yang berjatuhan di sepanjang jalan, banyak ranting dan kayu pohon bekas ditebang yang masih berserakan. Ya sudahlah, munkin memang belum dibersihkan. Aku lanjutkan perjalananku ini. Di depan Gymnasium, yang dulunya teduh oleh pohon karet, sekarang tinggal beberapa pohon saja. Pohon karet yang menjulang tinggi, terlihat berserakan di sepanjang jalan. Yah, mungkin konsekuensi sebuah pembangunan. Aku lanjutkan l;agi perjalananku. Aku sekarang tiba di depan pintu asrama TPB IPB. Aku lihat, asrama tampak sepi karena mungkin penghuninya pulang ke rumah sebelum UAS semester ganjil dilaksanakan. Aku berjalan lagi, dan terdengarlah suara para kontraktor yang sedang berdiskusi masalah pembangunan  gedung baru di dekat asrama,aku lupa namanya. Terdengar mereka menggunakan bahasa Jawa. Hah, aku sejenak berpikir, ternyata orang Jawa itu hebat. Dikala lamunanku itu, aku menginjak adonan semen di tengah jalan. Hah, tidaaakk.. Aku berteriak dalam hati. Sandal jepit warna biruku masuk ke dalam adonan semen. Para kontraktor pun melihat tingkah anehku ini. Malu sih, tapi tak apalah. Setelah aku ambil sandalku dari adinan semen itu, aku berlari menuju jalan Fahutan. Di sepanjang jalan Fahutan, aku melihat jajaran truk terpakir di sana. Terlihat juga para sopir yang tertidur pulas di dalam truk. Huh, banyak banget truknya. Aku kembali berjalan. Sampailah aku di jalan Fahutan dekat Gedung Toyib. Kembali aku melihat pemandangan yang sama, jalan becek, banyak lumpur, kerikil, dan agak sedikit rusak. Aku berjalan kembali menyusuri jalan becek itu. Lagi-lagi aku terpeleset di sana. Dalam hati kecilku, untung gak ada orang,hehe.... Aku kembali berjalan melewati jalan Fahutan. Tampak sepi hari itu. Akhirnya, tibalah aku di depan Al Hurriyah. Lagi-lagi, terlihat jalan becek dan banyak kerikil. Aku mulai berhati-hati, jangan sampai sandal aku terjebak di dalam jalan becek itu. Akhirnya, setelah melewati jalan yang becek, penuh kerikil dan berliku ini, aku merasa lega. Haha... Tapi, kakiku sangat kotor oleh lumpur sialan ini. Tapi, aku berpikir kembali, Ya Allah, aku kan sedang di depan masjid, aku gak boleh berpikiran kayak gitu. Pikiran sok alim itupun keluar. Beberpa menit kemudian, akhirnya aku sampai di Kebun Percobaan Cikabayan. Rasa lega  ini pun muncul. Tapi, bagaimana nasib aku pas pulang dari Cikabayan nanti yah???  Hah, semoga tak sial lagi. Haha....

Maaf, belum sempat UPLOAD foto-foto gajenya....

Senin, 26 Desember 2011

Film Ku, Juara II Film Advokasi, TPB Bersuara

Maaf, Temanku

Gak tau kenapa aku ingin menulis di blog sederhanaku ini, kala waktu menunjukkan pukul 01.10 pagi. Ditemani buku Klimatologi dan suara lembut dari piano, aku ketikkan kebimbangan yang tengah aku alami. 
Tak kusadari, umurku lambat laun terus berkurang, dan mungkin hidupku akan menjadi lebih rumit. Entah apa yang aku pikirkan kala itu. Aku terpaku pada sebuah foto yang aku jadikan background di notebook aku ini. rasanya aku ingin menangis melihat foto itu. Tapi aku terus berpikir, dosakah aku bila aku memandang foto ini? Ingin aku ceritakan kebimbangan aku ini pada Ibu. Tetapi, jaraklah yang memisahkan kami berdua. Aku terus berpikir bagaimana cara menghilangkan bayang-bayang wajahnya itu dari pikiran kotorku ini. Dan akhirnya, aku menemukan jawaban kecil, KLIMATOLOGI. Aku mencoba melupakannya lewat buku klimatologi. Tapi, aku malah teringat wajah seseorang di foto itu, kala kuliah klimatologi. Ah... aku gak boleh gini, kataku dalam hati kecil ini. Tetapi, apakah aku bisa melupakan wajah di foto itu?
Saat kesendirianku, seseorang itu selalu datang dengan wajah juteknya. Mungkin, itulah yang membuat aku selalu terbayang oleh wajahnya. Saat aku kesel, seseorang itu selalu menambah rasa kesal itu, tetapi aku suka. Beda dengan orang lain, kala aku kesel, ditambah datangnya orang lain, membuat aku tambah kesel.Aku gak tau kenapa aku bisa, padahal aku....
Aku terus mencari solusinya, dan ternyata seseorang itu punya pikiran sama. Kadang aku terlalu egois untuk meniali sikap orang itu. Aku terlalu sok tau dan menggurui, kalau dia itu sangat tak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tapi itu semua salah kala orang itu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku baru tahu kalau dia itu lebih tua dibandingkan aku. Dia berhenti sejenak dari rutinitas pendidikan untuk mencari tambahan kuliah. Tak kusangka, betapa dewasanya pemikiran dia. Aku terlalu manja dikala dia ada disampingku hingga akhirnya aku merasa malu dan sangat kurang dari orang itu. Aku terlalu cepat menilai orang, aku terlalu mudah untuk mengatakan dia jahat dan dia amat buruk.

Maafkan aku teman, mungkin kamu tak tahu ini semua. Kadang aku mengatakan hal-hal buruk darimu. Aku terlalu sering menganggapmu jahat dan amat buruk. Tapi itu sungguh karena aku peduli kamu dan aku gak ingin kamu melakukan hal yang sama pada kawanmu yang lain, dan aku gak ingin kamu melihat teman-temanmu kecewa dengan sikapmu selama ini. Aku sayang kamu sebagai teman.

Sahabatku, Bunga

Kutuliskan cerita ini sesaat setelah aku makan bubur kacang hijau Madura di depan Telkom, Bara. Awal cerita, aku bertemu dengan dua orang sahabatku, Budi dan Asep. Kami berpapasan saat aku buka pintu pagar kosanku. Aku hanya bilang'hai' pada mereka. Memang mungkin Allah akan mempertemukan kami kembali. Saat aku tiba di ATM BNI, aku kembali bertemu mereka. Aku lihat Asep sedang bercanda denga seorang anak kecil cantik yang belum aku tahu siapa namanya dan Budi yang sedang keluar dari ATM. Tak berapa lama, aku mengambil uang yah hanya cukup untuk makan (hahaha...agak puitis). Aku mulai ngobrol-ngobrol gak jelas, mulai dari kuliah, belajar, kakao, dan urusan cewek. Hahaha... emang cowok-cowok gak jelas. Setelah agak lama ngorol, Asep mengajak kami untuk makan. Yah, awalnya aku takut gendut tapi tak apalah, aku laper sih. Setelah berjalan beberapa langkah, akhirnya kami sampai juga di bubur kacang hijau Madura. Sambil terus ngobrol. Biasanya cewek yah yang cerewet, ini malah cowok yang cerewet dan bawel banget. Tapi seru sih.hehe. Tak kusangka, kedua sahabatku ini suka pada orang yang sama. Dia adalah sahabatku juga, sebut saja Bunga (kayak korban kejahatan). 
Bunga adalah seorang wanita cantik, baik, dan menurut aku dia adalah wanita ideal yang cocok dijadikan seorang isteri. Tapi ada satu yang kurang dari dia, kurang pandai masak. Tapi tak apalah, nanti dia pasti akan beljar juga kok. Lanjut lagi, dia itu pintar dan periang orangnya, ramah, dan sangat disegani oleh orang-orang disekitarnya. Awal aku kenal dia, aku kira dia anaknya serius, tapi ternyata dia camen (cacat mental) juga. Aku sering banget jalan sama dia. Banyak orang-orang yang bertanya sama aku, apakah dia udah punya pacar? Aku tak berani menjawabnya. Tapi aku yakinkan sekali lagi, dia itu wanita yang......
Asep dan Budi terus-terusan bertanya padaku tentang Bunga. Tapi yah aku jawab sebisanya aja. Sampai-sampai Asep bilang, aku akan berusaha demi Bunga. Begitu juga Budi, dia ingin seorang isteri yang seperti Bunga. Yah, mungkin itulah pikiran-pikiran para cowok. Kami juga sempat bercanda, kalau Asep pilih Bunga, mau diapain nati Mbak Yul? Kalau Budi, nanti si Mbak X juga dikemnain? Hahaha....Aneh banget mereka. 
Tapi aku jujur, ini dari hatiku yang paling dalam. Banyak cowok yang menitipkan salamnya untuk Bunga. Dan aku berharap, Bunga akan mendapatkan yang terbaik karena aku yakin Bunga memang wanita hebat di mataku.

Itulah seorang sahabatku, Bunga.

Minggu, 25 Desember 2011

Liburan Seru Ala Sundari Part 2

 Hari kelima liburan, aku tetap menghabiskan waktu di Kebun Kakao, Cikabayan. Bersama teman-teman yang lain, kami melanjutkan pemangkasan cabang air dan cabang negatif pada blok 3. Akhirnya, blok 3 terselesaikan tepat pukul 10.30. Kemudian tak lupa kami sarapan bareng di kebun kakao. Menu sarapan hari itu adalah mie goreng, tempe goreng dan tumis jamur. sungguh nikmat sarpan kali ini.

jaket sundari


sundari dan febri
Hari keenam liburan, aku tidak pergi ke kebun karena pada liburan hari ini ada tutor Genetika Tanaman. Tetapi, kami hanya mengunjungi Cikabayan untuk makan rujak bareng. Seru banget hari ini, ditambah lagi pada sore hari aku, Usi, dan Febri jalan-jalan ke kota Bogor buat malam mingguan. Sebenarnya sih buat menikmati midnight sale Botani Square. Pada jalan-jalan hari ini, aku membeli sebuah jaket lucu di Matahari Departemen Store. Hujan tak menyurutkan kami jalan-jalan malam itu.Kami sampai di Botani Square sekitar pukul 18.30. Kemudian menuju mushola buat melaksanakan shalat magrib. Ketika kami sampai di mushola tepatnya di lantai 3, antrian panjang sudah menanti kedatangan kami. Mungkin orang-orang yang gila belanja datang malam itu, karena malam itu merupakan malam terakhir midnight sale Botani Square. Di sana, teman aku Febri membeli sepatu Yongki Komaladi dengan diskon sampai 

Usi
sundari
dengan 40%. Harga sepatu yang awalnya 159 ribu menjadi 89 ribu. Haha,,,, seneng banget muka temen aku. Setelah membeli sepatu, kami langsung menuju Citrus yang sedang mengadakan diskon gila-gilaan. Ga beli sih...tapi cuma ikut seru-seruan aja. Kemudian kami menuju lantai paling atas Botani buat istirahat sebentar. Pas kami duduk, eh liat Pak Agus Purwito, Kadep AGH, lagi jalan-jalan bareng keluarga. Setelah istirahat, kami menuju Hoka-Hoka Bento untuk makan. Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan dosen AGH, Pak Sobir. Beliau adalah seorang dosen berprestasi tingkat nasional. Kesel banget pas sampe di Hokben. Tapi perjalanan kami masih panjang. Setelah makan, kami menuju Citrus, soalnya midnight sale telah dibuka sampai pukul 23.30. Pas sampai di Citrus, tak lupa kami lihat-lihat baju. Lucu-lucu banget model bajunya, tapi tetep aja walaupun sudah di diskon harganya tetep mahal. Eh ternyata temen aku Febri beli tas. Hahaha....emang yah kalo cewek liat barang bagus dikit langsung beli. Pas temen aku lagi milih-milih, ada Kak Haikal alias Jupe, Kakak AGH 45. Di sana dia sedang mengisi acara midnigt sale. Emang bener, dia itu keren banget orangnya. Kemudian kami ngobrol-ngobrol bentar. Habis itu, kami liat bentar pemilihan Botani Square Ambasador. Gila bener, baju yang dipakai para pesertanya sangat terbuka alias memperlihatkan atau memamerkan auratnya. hah...daripada nambah-nambah dosa, mendingan kami pulang. Eh pas lewat depan Gramedia, ada tulisan lucu "ORANG TUA HILANG". Tak lupa kami foto-foto di ditu. Kami keluar dari Botani sekitar pikul 22.30 dan sampai di Kosan pukul 23.00. Seru banget perjalanan hari ini. tunggu cerita seru dari aku  lain kali ya.
 

Jumat, 23 Desember 2011

Kamu Tau Gak?

 Patung seorang ibu yang menggendong anak di samping patung R.A. Kartini, Kompleks Monumen Nasional Jakarta Pusat.
 Kemacetan di Jakarta.
 Wajah kota Jakarta saat macet.
 Wajah jalan Thamrin, Jakarta.
 Gedung di sepanjang Jalan Thamrin.
 Gedung Pengkajian dan Penelitian ...Teknologi.
 Kementrian Agama RI.
 Jalan menuju Monumen Nasional.
 Tulisa di sekitar kompleks Monumen Nasional
Para anak jalanan yang mandi di kolam Kompleks Monumen Nasional

Someone Like You,,,

I heard
That you're settled down
That you
Found a girl
And you're
Married now

I heard
That your dreams came true.
Guess she gave you things
I didn't give to you

Old friend
Why are you so shy?
Ain't like you to hold back
Or hide from the light

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead,
Yeah.

You know how the time flies
Only yesterday
It was the time of our lives
We were born and raised
In a summer haze
Bound by the surprise
Of our glory days

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over.

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."

Nothing compares
No worries or cares
Regrets and mistakes
They are memories made.
Who would have known
How bittersweet this would taste?

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead"

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead"

Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead

Liburan Seru Ala Sundari

Sengaja aku tidak pulang pas liburan natal dan tahun baru ini. Aku beralasan seadainya aku pulang, maka banyak waktu luang yang aku sia-siakan di rumah tnpa berbuat seuatu. Untuk itu, aku tidak beranjak dari Kota Bogor, tempat aku menimba ilmu.
Di liburan ini, aku menghabiskan waktu luangku untuk persiapan UAS, merawat kebun kakao, belajar banyak hal mulai dari kemandirian dan kesendirian, jalan-jalan keliling kampus dan Jakarta. Awalnya aku merasa bingung untuk pulang ataupun tidak. Ibu, kakak, dan Ayah selalu memintaku untuk pulang, tapi aku menjawabnya dengan tegas, BESOK, SETELAH UAS SELESAI SAJA. Aku terus berusaha untuk menahan rasa kangen dengan orang-orang yang aku cintai untuk beberapa saat, yaitu kurang lebih  satu bulan. Toh disini aku tidak sendirian, masih banyak teman-temanku yag tidak pulang.
Hari pertama liburan, aku menghabiskan waktu luangku untuk mengunjungi pekarangan dan belajar persiapan UAS. Aku bersama-sama teman lain melakukan apa yang selayaknya dilakukan para petani, merawat tanaman, menyianginya dari gulma. aku merasa sangat senang karena tempat dimana aku merawat tanaman itu sangat nyaman, termasuk sang pemilik rumah.

Hari kedua, aku mengunjungi kebun kakao untuk yang pertama kalinya. Ada Asep, Takbir, Fuad, Atika, Nafi, Wida, Selly, Ika, dan kamil di sana. Kami melakukan penyemprotan fungisida dan memotong cabang air dan cabang negatif dari tanaman kakao. Lelah sih, tapi sangat menyenangkan, apalagi ada Pak Ade dan Pak Pieter yang senantiasa membimbing kami. Ada kejadian lucu pas hari kedua ini, yaitu ternyata semprotan yang digunakan merupakan bekas herbisida yang apabila disemprotkan ke daun tanaman, maka tanaman akan mati. Tapi, hari itu kami sangat beruntung. Hujan turun dengan sedikit lebat dan itu dapat menghilangkan sisa herbisida dari daun kakao. Hari itu juga, Pak Ade dan Pak Pieter mngusulkan sebuah rencana kunjungan ke kebun kakao di daerah Bandung, Jawa Barat. Hari ini aku merasa sangat senang karena dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat. Tapi hal yang paling seru adalah makan bareng di bawah tanaman kakao.



Hari ketiga, kami tetap melanjutkan pemangkasan cabang air dan cabang negatif. Tidak terlalu lama sih, tapi cukup melelahkan juga. Tidak lupa di akhir sesi hari ini, kami melakukan foto dan makan bareng.


Hari keempat, aku pergi ke Jakarta bareng Ricky, Dana, Jabar, Agung, Izul, Puspita, dan Nafi. Kami awalnya pergi ke Monas dengan KRL. Sialnya, kami tidak dapat duduk dari Bogor sampai ke Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Setelah puas jalan-jalan di Monas, kami melanjutkan perjalanan ke Tanah Abang dengan berjalan kaki. Sebenarnya jauh, tapi karena rame-rame jadi berasa dekat dan seru. Di sepanjang jalan Thamrin, tak lupa kami menyempatkan foto-foto, karena ini adalah kali pertama kami jala-jalan di sini. Aku bisa liat Gedung Bank Indonesia, Bank Mandiri, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kementerian Agama, Kementrian Teknologi dan Riset, Museum Antara, Indosat, MNC TV, dan masih banyak gedung lainnya. Sampai di Tanah Abang, kami langsung pergi untuk belanja, walaupun cuma dapet satu baju dengan harga 30.000, tapi seru banget dapat naik dari lantai satu ke lantai dua belas. Pulang dari Tanah Abang, kami lansung cari makan di Hoka-Hoka Bento, Sarinah. Kami makan rame-rame di sini. Habis itu, ke MC Donald buat beli es krim. Di tengah perjalanan, kami kehilngan satu teman yaitu Nafi yang harus pulang ke Bekasi. Tapi tak apalah, kami lanjutkan lagi ke Monas. Di sini, kami membuat video dari suara Dana dan Ricky. Seru banget pas malam-malam di Monas. Sekitar pukul 19.00 kami ke Gambir untuk pulang lagi ke Bogor. Lagi-lagi kereta penuh. Terpaksa kami harus berdiri. Karena tinggi badanku yang rata-rata orang Indonesia, aku tidak dapat memegang pegangan di kereta. Terpaksa aku mengandalkan tangan Dana, badan Izul dan tas Jabar. Tetep, walaupun lelah yang kami hadapi kami masih dapat tertawa puas di dalam kereta. Pas sampai di Stasiun Depok, barulah kami dapat duduk dan itupun harus ngampar di lantai. Tapi banyak keseruan yang aku dapatkan selama di kereta. Kami sampai di Bogor sekitar pukul 20.30 dan aku sampai di kosan pukul 21.30. Aku merasa sangat bahagia hari itu. Kebersamaan bersama mereka tak dapat aku lupakan. I LOVE MY FRIENDS.

Masih ada lanjutan cerita keseruan liburan dari Aku. Tunggu lagi yah di hari berikutnya






Senin, 12 Desember 2011

Saat di AGH

Belum genap setengah tahun saya masuk dan berada di keluarga Agronomi dan Hortikultura. Belum semua orang-orang disini saya kenal. Tetapi ga tau kenapa, saya sudah merasa dekat banget sama mereka. Kadang, saya berpikir, mungkin Tuhan telah menjodohklan saya dengan Agronomi dan Hortikultura. Saya sangat bersyukur kalau memang ini yang terbaik bagi saya, dan semoga passion saya memang di sini.
Kembali ke departemen. departemen ini sungguh menampilkan dan menonjolkan kekeluargaannya. Belum lama juga, saya juga merasa nyaman di tengah-tengah keluarga ini, walaupun ada sedikit manusia-manusia yang berbeda prinsip, kebutuhan, dan sikap. Mungkin itulah sebuah tantangan bagi saya untuk selalu memahami akan arti sebuah perbedaan.
Di departemen ini, saya akan menyebutkan beberapa teman yang mungkin aneh dan unik menurut pandangan mata batin saya.
Mulai dari NRP A24100001, yaitu Budi Yuhardiman. Budi ini orangnya asik, tapi kadang juga maksa. Inilah yang membuat saya kadang sebel sama dia. Tapi secara garis besar dia sangat cocok sebagai teman dikala sedih, soalnya mukanya yang aneh.
A24100002, Hendra Wiguna. Hendra yang biasa saya panggil ini merupakan satu-satunya teman satu departemen kala TPB. Kami dari dulu sangat dekat, soalnya selain dia pintar, nyolot, baik, dia juga sering banget satu kelompok tugas waktu TPB dulu.
A24100003, Budi Sarjono. Dia biasa dipanggil Pak Budi ataupun Bang Jon. Menurut saya, dia itu aneh, tapi mempunyai keunikan tersendiri dari sikapnya yang cupu dan lugu. Tapi menurut teman-temannya dia itu sangat cerdas. Dia itu pandai banget basket. Yang jelas, di sering banget gabut waktu mengerjakan tugas kelompok.
A24100004, Budi Firman Haryono, atau Pak Budi Bewok. Saya kenal dia dari TPB, jadi kami sudah seperti keluarga. Kami adalah teman satu Perusahaan Rumah Jamur. Menurut saya, dia itu sangat berwibawa dan cocok untuk menjadi seorang pemimpin.
Kemudian teman-teman dari Jawa saya, mereka adalah Agung Santoso, Abdul Jabar, Rosa, Syahrina, Gery, Dio, Imdad, Nicky, Mastha, Ponten, Nani, Alvi, dan Adi. Mereka adalah teman-teman yang sangat super, mungkin karena sama-sama dari Jawa dan kami juga sering jalan bareng. Mereka sudah saya anggap sebagai keluarga. Tempat biasa kami ngumpul yaitu di Nasi Kucing, Bateng. Selain murah, di sini juga enak banget.
Kemudian ada Pak Lurah, Asep, yang awalnya menurut saya pendiam, ternyata dia juga aneh. tapi asik banget bisa kenal sama pak lurah, selain dia baik, dia juga sangat dewasa. Tapi kadang dia bikin kesel, soalnya suka LOLA, dan bikin rusuh.
Ada juga Wahyu. Dia itu suka plin-plan. kadang baik banget, kadang juga ngeselin. Dia suka nitip salam buat temen sekamar saya, kayaknya suka sih dia, tapi malu-malu gitu.Tapi ga papalah. Buat ceng-cengan doang.
Ada lagi Ricky, yang ngaku-ngaku mirip Lee Min Ho. Pernah dia bikin saya nangis. Tapi sebenanya dia itu baik sih.
Ada lagi Mbak Wid, Mbak Yun, Mbak Dita, Mbak Nafi, Ibal, Ipan, Bang Nazih, Bang Jery, Bang Radi, Dan masih banyak lagi teman-teman lain yang menurut saya sangat luar biasa yang ga bisa saya sebutin satu-satu. Oh ya, ada lagi beberapa temen yang ga jelas saya, ada Bang Takbir, Ogie, Irul, Radia (sang guru voli), lefin, dan banyak lagi deh. Males nyebutin satu-satu, terlalu banyak teman-teman di departemen ini.
Haha...itu mungkin nama teman-teman saya yang bikin saya ga jelas juga di sini. Cerita sedikit, di departemen saya ini ada 3 nama budi, yang masing-masing mempunyai keunikan tersendiri. Selain itu di sini juga ada  beberapa anak-anaka yang pelit minta ampun, suka bikin kesel, dan ada pula yang bikin saya agak kesengsem. Ada juga yang jago banget ngegombal. Hahaha.. Aneh banget dah teman-teman saya, kadang orang-orang juga menganggap saya salah ORANG ANEH dan UNIK. maksih atas segala pujiannya. Saya suka di AGH dan saya suka teman-teman aneh saya

Selasa, 29 November 2011

Tidak Ada yang Mustahil


Nama               : Sundari
NRP                : A24100045
Departemen     : Agronomi dan Hortikultura/Fakultas Pertanian

Tidak Ada yang Mustahil

Kehidupan itu akan terus berjalan sampai nanti ketika dunia ini telah kehilangan kemampuannya untuk melindungi umat manusia dan isinya. Saat itu pula, usaha untuk lebih baik, lebih maju, dan lebih, dalam segala aspek kehidupan akan terus ada. Itulah ibarat kehidupan saya, keluarga saya, orang-orang di dekat saya, dan Bidik Misi.
Kala itu, tak pernah ada impian untuk melanjutkan ini semua dan tak ada lagi yang memberikan lagi sebuah harapan dan dorongan kecuali keluarga. Rasa putus asa dan menyerah seakan menjadi bayang-bayang yang terus menari indah di pikiran ini. Ingin rasanya membuang jauh-jauh rasa itu dan menggantinya dengan semangat baru. Semangat yang akan membawa sebuah perubahan besar, semangat tanpa rasa lelah yang akan terus dikobarkan, dan semangat untuk sebuah impian dan harapan.
Terus terbayang kala harus berbagi tempat tidur, terbayang kala harus berjuang keras mencari tambahan untuk makan hari itu, terbayang kala harus berjuang malawan terik matahari dan hujan ketika berangkat ke sekolah dengan sepeda, tebayang kala harus mencari surat keterangan tidak mampu dari kelurahan untuk mendapatkan keringanan biaya SPP, dan masih terus terbayang kegigihan orang tua kala harus merawat anak-anaknya dan membuang rasa lelah demi kehidupan yang lebih baik. Andaikan semua orang dapat merasakan itu semua, mungkin tak akan pernah ada rasa sombong, angkuh, dan akan ada rasa saling memiliki, memberi, dan rasa kebersamaan yang diidamkan setiap umat di dunia ini.
Undangan USMI dari IPB tiba di SMA Negeri 2 Purworejo ketika saya duduk di bangku kelas XII IPA. Kesempatan itu tak saya sia-siakan. Berbekal uang tabungan yang saya kumpulkan, saya memberanikan diri untuk mendaftarkan diri. Belum terpikirkan masalah pembayaran biaya masuk IPB. Yang ada hanyalah doa dan harapan diterima di IPB.
”Selamat, Anda diterima di IPB dengan Departemen Agronomi dan Hortikultura”, begitulah kalimat yang diucapkan guru BK di sekolah. Rasa senang bercampur sedih terus ada. Rasa senang kala diterima di IPB dan rasa sedih kala diharuskan membayar sejumlah uang. Ingin rasanya melepaskan IPB dan hanya menjadi seorang buruh tani di sana, membatu Bapak dan Ibu yang telah ringkih menghadapi kerasnya kehidupan. Tetapi ada sebuah kalimat yang terus terngiang di benak ini, yaitu, ”Jangan pernah lepaskan kesempatan ini nak, kalau rezeki, nanti Allah juga akan menggantinya dengan yang lain,”itulah kalimat yang terucap dari bibir seorang ibu sambil terus memeluk erat tubuh ini. Rasa semangat ini kembali muncul,walaupun ada sedikit rasa pesimis dalam hati.
Ada seorang sahabat yang memberi tahu akan adanya Beasiswa Bidik Misi. Bidik Misi, sebuah beasiswa yang dikeluarkan DIKTI dan baru pertama kali dirilis. Saya mencoba mendaftarkan diri bersama dua teman saya, Tri dan Mutiono. Mencari surat-surat, baik dari kelurahan ataupun kecamatan, dan merelakan waktu demi pendaftaran Bidik Misi. Tidak berhenti begitu saja perjuangan saya. Setelah melakukan pengiriman persyaratan Beasiswa Bidik Misi, saya juga harus bekerja lebih giat lagi. Menjadi pelayan toko, penjaga toko HP, ataupun menjadi buruh cabai dan bayam pernah saya lakukan. Sedikit demi sedikit, saya kumpulkan uang untuk menambah tabungan disaat saya jauh dari orang tua. Entah berapa yang didapatka kala itu, yang penting dapat sedikit meringankan beban Bapak dan Ibu.
Enam belas Mei 2010, surat saya terima dari IPB, yang isinya saya diterima sebagai penerima beasiswa Bidik Misi. Rasa haru dan senang bercampur menjadi satu. Sebuah impian kecil sudah digenggaman tangan, tinggal menjalani impian-impian lain yang belum didapatkan. Impian-impian penuh harapan dan impian-impian yang didoakan oleh sesosok bidadari, yaitu orang tua.

Perjalanan Pertama untuk Meraih Sebuah Impian
Kereta ekonomi tujuan Stasiun Pasar Senen saya tumpangi saat pertama kali akan ke IPB. Sendirian tanpa pendamping dan hanya ditemani barang-barang pribadi yang jumlahnya lumayan sedikit. Turun di Stasiun Jatinegara dan dijemput oleh kakak ipar kala itu, dan langsung menuju ke Bogor sebelum esok hari melakukan registrasi berkas-berkas. Senang, itulah yang saya rasakan kala itu karena telah menjadi seorang keluarga baru di Institut Pertanian Bogor.
Kesan pertama yang saya rasakan adalah sungguh megah dan besarny IPB ini. Ketika memasuki area asrama, sesak penuh mobil pengantar calon mahasiswa yang ditemani orang tua. Sedangkan saya? Hanya seorang diri setelah ditinggal kakak saya. Ingin rasanya menangis, tapi apalah daya. Keterbatasan biaya transportasi yang menjadi kendala. Dalam hati, saya pasti bisa mandiri dan melihat kedua orang tua tersenyum.
Hari demi hari saya jalani di IPB. Banyak teman yang saya kenal. Banyak budaya yang saya pelajari, dan keberagaman kepribadian yang telah saya temui. Saat itu saya mulai tersadar betapa pentingnya kedewasaan itu, baik menghadapi masalah ataupun menghadapi keberagaman yang ada di sekeliling. Di sini, saya juga bertemu dengan para penerima beasiswa Bidik Misi lainnya. Mereka sungguh orang-orang luar biasa yang telah diciptakan Tuhan dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Dalam hal ini, saya mengambil pelajaran bahwa ternyata saya masih sedikit beruntung dibandingkan orang-orang lain di luar sana. Saya masih dapat melanjutkan pendidikan disaat bayak orang-orang tidak dapat sekolah. Kesadaran betapa pentingnya pendidikan itu mulai saya rasakan. Adanya pendidikan dengan kualitas yang baik, menciptakan sumberdaya manusia dengan kualitas yang baik pula.
Menjadi seorang aktivis petani dan anak, itulah salah satu impian yang muncul setelah saya menjalani berbagai rangkaian kehidupan dan kegiatan selama di IPB. Bertemu dengan orang-orang yang mempunyai pandangan yang sungguh luar biasa.

Orang-orang Luar Biasa
Acara Kewirausahaan BEM TPB IPB, itulah yang saya ikuti. Di acara ini, saya bertemu dengan tiga rekan saya dan sampai sekarang telah menjadi sebuah keluarga kecil. Riswan, Budi Firman, dan Dhea, orang-orang yang mempunyai semangat bisnis. Saya memulai bisnis dengan mereka ketika TPB. Kami bersama-sama mencari uang dengan berjualan makanan-makanan ringan dan dikumpulkan uangnya untuk diputarkan kembali. Akhirnya, dengan uang Bidik Misi kami mempunyai sebuah perusahaan kecil bernama Rumah Jamur. Disini, kami melakukan budidaya dan pengolahan jamur. Hasil olahan berupa puding jamur dan jamur krispi kami jual sendiri, dan keuntungannya kami gunakan untuk menambah uang saku kami. Satu lagi yang dapat diambil hikmahnya, yaitu tidak terlalu mengandalkan uang bulanan dari Bidik Misi. Kita dapat melakukan hal-hal seperti ini, karena dengan ini kemandirian dan kedewasaan akan terbentuk. Di sini, saya juga belajar tentang sebuah manajemen bisnis, kepemimpinan, manajemen keuangan, produksi, dan pemasaran. Dan hasil sebuah perjuangan berat ini, kami dapat memperluas jaringan usaha ini dan terus merambah hingga ke pelosok-pelosok kampus.
Semua itu diawali dari sebuah hal-hal kecil. Dengan ikhtiar dan doa, semua yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Semua yang awalnya hanya sebuah angan yang mungkin kadang tidak akan masuk akal, akan benar-benar terjadi. Sungguh Tuhan akan selalu disamping kita dikala kita selalu dekat dengannya. Dalam hidup ini, ”tidak ada kata mustahil” selagi kita mampu untuk berjuang, berusaha, dan berdoa. Yang ada hanyalah ”belum tercapai” dengan apa yang kita dambakan.
Beasiswa Bidik Misi sangat membantu kami. Tak ada dia, mungkin kami tak di sini. Kami mendapatkan pelayanan yang sungguh luar biasa. Tetapi, mungkin kami juga terlalu dimanja hingga akhirnya kamipun terlena. Disaat uang Bidik Misi yang dikirimkan perbulan tak keluar, kami merasa bingung dan berpikir, kami mau maka apa besok? Tapi menurut hati saya pribadi, tak ada gunanya terus mengeluh dan bahkan hanya mengandalkan beasiswa Bidik Misi. Harus ada sebuah perubahan, supaya rasa manja tersebut  hilang. Misalnya kita dapat menabung sebagian uang beasiswa, kita dapat menggunakan sebagian uang beasiswa kita untuk membuka suatu usaha baru yang kreatif dan inovatif, ataupun menggunakan sebagian uang beasiswa untuk membantu orang-orang di sekeliling kita.

Minggu, 06 November 2011

Salam Semangat

SEMANGAT..SEMANGAT...SEMANGAT...
Salam semangat untuk kita semua yang selalu mendapatkan kenikmatan dari Tuhan.
Tebarkan semangat untuk Anda, orang tua Anda, teman seperjuangan Anda, dan orang yang mengasihi Anda. Tebarkan senyum dan tepuklah pundak dan hati Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Karena hidup tanpa semangat hanyalah omong kosong tak ada guna.

Semangat adalah sebuah kata sederhana penuh makna dalam memotivasi hidup ini. Tanpa semangat mungkin kita hanyalah "sampah" tak ada guna, tak ada aksi nyata, dan tak ada perubahan dan usaha. Semangat janganlah ditunda-tunda, mulailah dari hari ini. Mungkin dengan semangat ini akan ada lagi persatuan, kebersamaan, dan kekeluargaan. Mulailah dari hal-hal kecil, janganlah takut akan keadaan.

BUKTIKAN... Ayo kita buktikan akan adanya sebuah keajaiban dan kenikmatan dengan semangat. Oh iya,,, jangan lupa berikan senyuman pada setiap keadaan. Jangan mau kalah sama keadaan yang Anda alami. Katakan lagi pada orang yang ada di dekat Anda, rangkul lagi mereka yang telah kehilangan semangat, rangkul lagi mereka yang telah berubah, rangkul lagi mereka dengan senyuman.

Kalo mereka pikir, "Apaan sih..." berikan penjelasan tentang apa yang terjadi dengan sedikit basa-basi yang menyentuh hati mereka. Katakan arti sebuah keajaiban semangat. Janganlah jadi orang lemah. Kalau mereka tetap tidak berubah, katakanlah "yaudah ini pilihan Anda, janganlah menyesal."

Masalah pasti akan senantiasa datang menghampiri kita. Tapi apakah masalah itu bisa kita atasi? Jawabannya "PASTI BISA". Renungkanlah solusinya, jangan mencari sebab masalah tersebut. Kadang memang titik jenuh menghampiri dan perpecahan akan datang. Tapi yakinkanlah pada diri kita kalau kita tak akan pernah menyerah.
SEMANGATLAH, TERSENYUMLAH, CARI SOLUSI, RANGKUL MEREKA KEMBALI.. InsyaAllah kita kan bersatu kembali.

Saya dan Bidik Misi

Saya tak pernah menyangka sebelumnya. Mungkin ini hanyalah sebuah mimpi belaka ketika harus melanjutkan kuliah. Saya tidak pernah mendapatkan kepastian dan harapan. Mimpi kosong, harapan tiada kepastian, itulah yang saya alami kala itu. Untuk makan hari itu juga keluarga saya cukup repot, apalagi kuliah? Itulah salah satu pertanyaan yang mungkin tiada lagi akan ada jawaban, tanpa adanya suatu usaha dan perubahan.
Saya diterima IPB dan saya harus membayar sejumlah uang kala itu. Saya bingung, akankah saya mundur saja dari ini semua? Tapi petunjuk-Nya mengatakan tidak. Janganlah hanya putus asa, berharaplah akan ada sebuah kejaiban yang datang jika kau putus asa. Itu kalimat yang saya pegang teguh.
Akhirnya harapan dan keajaiban itu semua datang menghampiri saya. Saya diterima Beasiswa Bidik Misi yang dikeluarkan oleh DIKTI. Betapa bersyukurnya saya kala itu sampai juga hari ini. Bidik Misi yang membangkitkan semangat saya untuk menjadi manusia yang akan membawa perubahan untuk keluarga, mencerahkan akan harapan dan impian saya, kedua orang tua saya, dan keluarga saya. Dengan Bidik Misi saya mapu melanjutkan kuliah. Tak ada kata lain selain bersyukur atas nikmat Allah bagi saya. Bagi saya Bidik Misi adalah yang terbaik.
Bagi teman-teman semua, janganlah kita mengecewakan orang tua kita dan tentunya Bidik Misi yang telah memberikan kita sebagian impian kita. Kita buktikan kalau kita bisa melkukan yang terbaik, jangan hanya berharap "kapan uang bulan ini keluar?", tetapi maknailah semua yang terjadi di dunia ini. Ayo bangun negeri dan bangsa ini bersama Bidik Misi, supaya ada senyuman dan harapan untuk bangsa ini.
"Bersama Bidik Misi, untuk harapan dan keyakinan
Buatlah mereka bangga, orang tua kita, di sana"

Kedamaian

"Allahuakbar,allahuakbar,allahuakbar
Laailahailallahhuallahhuakbar
Allahuakbarwalillah ilham"
Terdengar gema takbir berkumandang menyebut nama-Mu. Begitu damai hati dan jiwa ini kala menyebut dan mengagungkan nama-Mu. Tak ada kata lain selain diri-Mu satu.
Mungkin itulah yang dirasakan setiap umat manusia di dunia ini kala mendengar gema takbir. Setiap insan yang bernyawa pasti akan merasakannya, kedamaian dan kebahagiaan. Ditambah ketika melihat dan melaksanakan shalat Idul Adha berjamaa. Begitu banyak makhluk kecil yang penuh dengan dosa ini terus menagungkan nama-Nya.
Hewan kurban pun menjadi pelengkap rasa syukur kami terhadap-Mu atas karunia rezeki yang telah didapatkan. puncak dari Ibadah Haji adalah hari ini, 10 Zulhijjah. Ketika semua orang berharap di tanah suci sana menjadi haji yang mabrur. Mereka berjejal dengan orang lain untuk melemparkan jumroh, mengusir semua setan yang ada, merasakan kecil di hadapan-Nya.
Sungguh mulia hari ini. Sungguh damai hari ini. Sungguh banyak kenikmatan hari ini.
Selamat Idul Adha,,,

Selasa, 01 November 2011

Kurang Sopankah Kami?

Ini bukan sekedar curhatan dari pikiran gue yang dicurahkan dalam bentuk tulisan, tetapi sebuah kenyataan yang ada di sekitar kita. Dan mungkin kita pernah mengalaminya dan tulisan ini semoga menjadi koreksi bagi departemen yang bersangkutan ataupun departemen-departemen lain untuk meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa.
Tak ada niat lain lagi bagi kami untuk sekadar mencaari informasi dan melakukan melakukan konsultasi dengan seorang dosen di salah satu departemen di IPB. Mungkin kami, kelompok tiga tak akan melakukan konsultasi jika tidak diwajibkan oleh dosen praktikum. Dan saya tidak akan menyebutkan nama departemen tersebut dengan berbagai alasan.
Awal cerita dimulai yaitu hari Selasa, 1 November 2011. Kala itu,gue berdua sama temen satu kelompok gue disuruh dosen praktikum untuk mencari nomor HP dosen pembimbing kelompok kami. Kami dianjurkan untuk meminta nomornya di Komdik departemen tersebut. Kami pun mengikuti saran yang disampaikan dosen kami.
"Ibu, maaf. Saya dari departemen X disuruh oleh dosen praktikum kami untuk meminta nomor HP Ibu Y di komdik untuk keperluan konsultasi."kata gue.
"Oh. Maaf dek. Buku telepon dosennya hilang, jadi kami tidak lagi memegang informasi tentang nomor HP dosen yang adek tanyakan. Coba hubungi TU departemen kami." jawab petugas komdik.
"Makasih ibu."
Gue dan temen gue langsung jalan menuju TU yang letaknya di lantai 3. Gue naik satu persatu anak tangga demi sebuah nomor HP seorang dosen. Lima menit kemudian kami tiba di komdik departemen tersebut. Sekarang giliran temen gue yang tanya.
"Ibu, maaf mengganggu. Kami dari departemen X yang mengambil mata kuliah B mau  disuruh sama dosen praktikum kami untuk meminta nomor ibu Y untuk keperluan konsultasi tugas."kata temen gue
"Hah..Memang disuruh ya sama dosennya? Siapa nama dosen praktikum Anda?"kata penjaga TU.
"Ibu A, Bu."
"Oh.. Ada yah tugas matakuliah yang wajib konsultasi? Bentar ya saya sms ibu Y."
"Iya bu."
Beberapa menit kemudian.
"Nih baca smsnya dari Ibu Y. Kata ibu Y dia itu tidak mendapat tugas untuk membantu konsultasi."
"Tapi, kami disuruh Ibu A untuk konsultasi sama ibu Y."
"Kamu itu ngeyel banget sih. Nih baca makanya smsnya (sambil ngasih HP ke temen gue."
"Oh ya Bu, tapi kalau sekadar minta nomor HP terus kami yang coba tanyakan, bagaimana?"
"Kamu itu yah,sudah saya bilang barusan. Udah sana pegi."
Kami pun diusir dari TU. Dan tidak hanya kami, temen gue dari kelompok lain juga mendapatkan perlakuan yang sama dari staf TU di departemen tersebut. Selain itu, temen saya yang akan menyerahkan surat izin sakit juga mendapat usiran dari staf TU.
Apakah pelayanan kemahasiswaan yang seperti ini akan terus berlanjut ataukah akan mendapatkan perbaikan? Gue sebagai mahasiswa dan 'korban' untuk kesekian kalinya telah merasa muak dengan semua ini. Bukannya membandingkan, tetapi di salah satu departemen terbesar di IPB pelayanannya sangat memuaskan dan ramah-ramah pegawai stafnya. Gue ingin sebagai klien ataupun mahasiswa akan adanya sebuah pelayanan yang memuaskan Cukup itu saja tidak lebih, demi terciptanya image baik di setiap departemen di IPB.

Satu Hal, Buat Bangsa Indonesia

"Bukan kebetulan elo lahir pada zaman ketika Indonesia sedang seperti ini, dan bukan kebetulan juga elo membaca tulisan ini..."
Itulah kutipan kalimat dari buku Nasional Is Me. Buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup penulis, Pandji. Gue suka banget kalimat tersebut karena itu mengandung makna kalau kita dilahirkan di zaman ini untuk berkarya dan membangun bangsa ini menuju arah yang lebih baik. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk bangsa ini. Kita boleh selalu menyendiri dan selalu belajar untuk mengejar IPK terbaik, tapi alangkah lebih baik kalau kita lebih mengenal lingkungan kita apalagi bangsa kita.

Impian Gue
Banyak mimpi-mimpi yang belum gue raih. Salah satunya melihat bangsa gue tersenyum dan bangga terhadap apa yang gue lakukan. Gue ingin menulis sebuah buku tentang basa gue sendiri, terutama daerah kecil tempat lahir gue, Purworejo. Dari tulisan itu, semua orang akan tersadar dengan apa yang ada dan dimiliki bangsa ini. Jangan hanya tahu tentang keburukan saja, tetapi potensi apa yang ada di bangsa ini.
Purworejo, sebuah kabupaten kecil di ujung selatan Jawa Tengah. Mungkin orang ga tau, dimana sih Purworejo? Tapi gue ingin membuka mata mereka bahwa Purworejo itu ada dan nyata. Gue bangga sebagai masyarakat di sini, walaupun banyak terjadi korupsi yang menjadikan Purworejo cukup tertinggal. Mungkin banyak hal yang perlu diperbaiki, dan mungkin moral para penguasa di daerah ini yang perlu dipertanyakan. Tapi gue yakin, suatu saat nanti dengan adanya generasi muda yang punya pandangan lebih maju, dewasa dan unik, mereka dapat mengubah Purworejo dan bangsa ini menjadi bangsa yang disegani di mata masyarakatnya dan dunia.
Kembali lagi ke topik. Memang bangsa ini tak sempurna. Banyak masalah yang memalukan. Tapi gue sering heran sama orang-orang, mereka hanya bisa menyalahkan sistem, menyalahkan keadaan. Padahal, untuk membuat dan melaksanakannya itu sangat sulit. Memang susah untuk menjadi Leader, apalagi mengurusi bangsa yang besar dan masyarakat yang banyak ini. Jadi, marilah kita memulai menghargai segala apa yang telah dilakukan mereka. Tapi janganlah juga kita terlalu mengeluh-eluhkan mereka.
Banyak hal yang dapat menjadikan bangsa ini besar. Pertama, kita kenali dulu apa yang ada di bangsa ini, apa yang dibutuhkan di bangsa ini, dan apa yang menjadi masalah dan solusinya. Kedua, kita harus punya action untuk mewujudkan itu semua. Jiwa yang selalu ingin merubah dan memperbaiki menjadi lebih baik, jiwa yang ingin selalu berjuang, dan jiwa yang selalu optimis, akan mengubah Indonesia saat ini juga.

Jumat, 28 Oktober 2011

Bisnis Jamur Tiram "Rumah Jamur"

Semua Tentang Pemuda

Sejarah mungkin mencatatnya sebagai hari penting yang ada di Indonesia. Hari itu tepat 28 Oktober 1928. Agen perubahan dan pembangunan telah tiba. Mereka adalah pemuda. Saat itu, dibacakanlah tiga butir naskah sumpah pemuda yang yang berisi:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sumpah itu bukan merupakan janji, tetapi juga bukti nyata yang dilakukan dalam kehidupan. Kalimat yang sangat mengesankan adalah kalimat dari Ir. Soekarno, "Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia,” inilah sebuah ungkapan yang pernah dilantunkan sang orator ulung yang pernah di kenal dunia, sekaligus presiden perdana yang pernah memimpin Indonesia, ketika ia menyanjung betapa pentingnya keberadaan sebuah komunitas pemuda dalam suatu bangsa dan negara, dalam sejaran Indonesia dari prolog sampai epilog kemerdekaan, pemuda memiliki peranan luar biasa sebagai “avant garde” (ujung tombak) perubahan.
Pemuda digambarkan sosok unggul, pilihan, bergairah, bergelegak dan bergelora secara fisik, psikis, intelektual, serta yang terpenting sikapnya. Pemuda sosok superior, progresif, revolusioner dengan api berkobar-kobar, dan bara spirit yang menyala-nyala.
Banyak hal yang telah dilakukan pemuda. Contoh riilnya adalah pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. Hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia.



Peranan pemuda dalam kegiatan sosial itu sangat dibutuhkan untuk mengisi pembangunan dengan menciptakan kewirausahaan dalam pembangunan dan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu dan teknologi serta menumbuh kembangkan jiwa kepeloporan, daya pikir, inovasi, kreativitas dan kewiraushaan pemuda dalam rangka mempersiapkan pemimpin masa depan berkualitas.Kita menginginkan gerakan pemuda ke depan nanti adalah gerakan yang profesional dengan didasari pada keimanan dan ketaqwaan dalam arti menjauhi segala bentuk yang dilarang agama serta aturan yang berlaku di negara ini.
Pemuda dan Pertanian
Mungkin banyak dari pemuda yang kurang peduli terhadap pertanian. Padahal pertanian sendiri merupakan salah satu sendi kehidupan dan menempatkan dirinya dalam urusan ketahanan pangan. Seperti yang diungkapkan Soekarno dalam Buku Pangan Rakyat adalah Soal Hidup Atau Mati. Dalam pidatonya, Soekarno selalu menyebut di awal kata "Pemuda". Dari pidatonya, Beliau sangat mengharapkan peranan pemuda dalam hal pertanian sendiri. Tanpa pemuda, peruahan dan pembangunan akan sulit tercapai.
Sekarang ini, banyak hal yang telah dilakukan oleh pemuda. Salah satunya oleh Pandji, penulis buku Nasional is Me. Dia mengungkapkan, peranan pemuda itu sangat banyak. Untuk membangkitkan rasa nasionalisme, dimulai dengan rasa bangga dan mencintai bangsanya sendiri. Sebagai pengkritisi kebijakan pemerintah, juga dilakukan oleh pemuda. Banyak aktivis-aktiis pembela rakyat juga dipimpin oleh pemuda. Tetapi, para pemuda yang peduli akan pertanian sendiri sangat jarang didengar.
Sesungguhnya, rasa mencintai dan memiliki pertanian dapat dilakukan dengan dasar kebanggan tersendiri dengan pertanian. Banyak orang ingin menjadi dokter, pejabat, ataupun PNS. Tapi apakah ada orang yang bercita-cita ingin menjadi petani? Ini merupakan pertanyaan bagi para agen perubahan bangsa ini. Contohnya, jika semua orang ingin menjadi dokter ataupun pejabat, siapakah yang akan memberi makan rakyat dan mereka? Siapakah yang akan menjadikan negara ini menjadi negara yang mandiri kalu pertanian kita tertinggal? Dan siapakah yang akan menjadi penerus pertanian negeri ini dan akan melindungi dan menjunjung tinggi pertanian, kalau bukan kita, para pemuda? 
Berikut adalah komentar seorang mahasiswa pertanian tentang pemuda.
Nama : Muhammad Takbir (Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, IPB)
Pemuda diumpamakan sebagai benih. Kemudian benih itu disemai, dan akan tumbuh jika benih tersebut diperhatikan, dirawat, disiram, dibasmi penyakitnya, dan selalu menjaganya dari gulma. Jika perawatan dan perhatian tersebut terus dilakukan, maka akan tercapailah produksi maksimal dan keberlanjutan. 
Pemuda itu tidak terbatas hanya pada umur, tetapi semua orang dapat dikatakan pemuda jika dia mempunyai semangat yang tinggi, dan perubahan yang tinggi. Menurut dia, di IPB sendiriperanan pemuda dalam hal pertanian sangat kurang, karena banyak dari lulusan pertanian yang bekerja di luar lingkup pertanian. Mereka kurang mengamalkan ilmu yang mereka dapat. Pemuda dapat menjadi agen perubahan, karena siapa lagi yang mau kita andalkan kalau bukan pemuda.