Sabtu, 29 September 2012

Cahya dan Gamapuri

Cahya...ketua omda
Musyawarah Kerja atau biasa dibilang Muker adalah salah satu agenda rutin omda aku, Gamapuri. Disini kami bisa kumpul bareng, ngobrol bareng, makan bareng, kenalan sama anak-anak baru dan yag paling penting adalah pemilihan ketua dan wakil ketua omda. Periode ini, giliran 47 sebagai calon ketua omda. Awalnya, aku milih Muti sebagai ketua, tetapi karena dia adalah orang yang super duper sibuk, akhirnya entah siapa yang aku pilih.
okeh, awal cerita dimulai pukul 16.00. Malas buat bangun dari tempat tidur maupun mandi buat berangkat ke kampus. Tetapi, demi Gamapuri, apapun akan aku lakukan. Aku bergegas bangun, mandi dan sholat untuk selanjutnya datang ke acara Muker sore itu. Dengan stelan baju dan kerudung ungu, kesukaanku, aku berlari menuju ruang B1C1. Aku kira, aku terlambat parah, tetapi ternyata acara belum dmulai karena menunggu teman-teman yang lain. Aku disambut oleh teman-temanku dari angkatan 48, yang saat ini menjadi panitia Muker. Gak ada perbedaan diantara kami, hanya muka aku yang terlihat lebih lusuh dibandingkan mereka. Kue dan minuman langsung aku santap dan habiskan, soalnya aku belum makan sore itu. hah...kenyang.. Banyak wajah asing saat itu. Akupun mulai mencari tempat duduk untukku melepaskan rasa letih ini.
Kursi deretan nomor dua dari belakang yang aku pilih. Saat itu, terlihat sosok lelaki yang tak asing lagi bagiku. Cahya Faisal Reza, si pendiam dari Fakultas kehutanan. Dia salah satu sahabatku di omda dengan otak encer. Tak pernah kusia-siakan dia saat TPB untuk sekedar membantuku belajar kalkulus atau mengerjakan PR ku. Dia pun tak pernah menolaknya. Ahhh...sering kubilang dia itu bodoh dalam bergaul. Semenjak SMA, dia adalah orang yag selalu kubenci, karena dia adalah raja mencontek di kelas hingg dia mendapat juara umum. Senyum lugunya menyambutku saat itu. Aku menuju arah dia dan duduk tepat disampinya. Karena lama tak bersua, obrolan-obrolan ringanpun terus kami lakukan. Mulai dari akademik, kehidupan sehari-hari, kabar sampai pacar. entah apa sebenarnya manfaat dari itu semua. Kami hanya melepas rindu sebagai seorang sahabat yag jarang bertemu, padahal satu kampus di IPB.
Ada yang berubah dari dia saat ini. Dia gak pendiam lagi, lebih terbuka dan yang jelas dia berani buat ngomong di depan, walau hanya sekedar bilang HAI. Dulu, dia lebih memilih mengepel lantai ataupun nyapu daripada harus berpidato di depan. Dia pernah menjadi ketua angakatan saat masa-masa MPD. Sungguh luar biasa bagiku. Entah apalagi yag kami bicarakan sampai kami lupa kalau saat itu sedang berlagsung acara lain. Yang aku ingat saat itu juga, dia siap menjadi ketua Gamapuri. Awesome banget saat aku dengar kalimat itu. Dengan guarauan aku berkata: Aku siap membantumu.
Singkat kata, pemilihan ketuapun dimulai. Ada 6 kandidat ketua yang akan dipilih, dan salah satunya Cahya. Mereka semua dituntut untuk menyampaikan Visi dan Misi. Amazing banget pas Cahya menyampaikan Visi dan Misinya. Intinya, dia 90 % siap menjadi ketua. 
*******
Penentuan ketua omda dilakukan secara musyawarah. Hampir semua orang mendukung Cahya-Anggar sebagai calon ketua dan wakil ketua. Setelah memalui beberapa perdebatan, akhirnya mereka berdua terpilih. Saat pengumumanpun, wajah lugu Cahya terus dipancarkannya.Aku tahu, dia adalah orang yang terus semangat dalam belajar, apapun itu. Dia berkomitmen tinggi dan aku yakin dia bisa.
Selamat Buat Cahya-Anggar, semoga GAMAPURI akan menjadi lebih baik dan indah.

Kamis, 27 September 2012

Antara Sosial atau Bisnis

TPB, adalah sebuah awal perjalanan saya di IPB. Menjalani semua dengan hal-hal baru, pengalaman baru, teman baru, dan dunia baru. Serba baru, ya...baru. Adaptasi adalah cara paling ampuh untuk menakhlukkan mereka, yang penting jangan sampai keblinger dengan dunia bodoh.
Kewirausahaan, begitu keras berdengung keras ditelinga. Mulai dari seminar kewirausahaan, lomba -lomba kewirausahaan, kegiatan yang berbau kewirausahaan, dan matakuliah Kewirausahaan. Amazing banget saat itu. Begitu menggebu-gebu jiwa dan raga ini, hingga akhirnya terbentuklah sebuah kelompok kecil yang bergerak dalam bidang kewirausahaan. Semangat pantang menyerah, demi keberlanjutan usaha, semangat pantang menyerah dalam mencari modal awal, dan semangat menyerah dalam mencari ilmu baru. Aku rasakan sebuah kebersamaan yang erat, ikatan batin yang kuat dan sebuah visi-misi yang tak jauh berbeda. Berlanjutlah usaha yang kami dirikan, hingga akhirnya lumayan tenar di kalangan mahasiswa. Promosi yang aku da teman-teman lakukan cukup menarik minat. Pernah aku lakukan pemaparan tentang bisnis ini saat kuliah, dan mendapatkan apresiasi sangat luar biasa dari dosen Kewirausahaan dan asprak mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi. Enjoy banget awalnya, tapi entah kenapa ada salah satu, bahkan salah banyak, yang mencemoohkan bisnis kami, sahabtku sendiri. Hingga akhirnya aku bertengakar dengan sahabatku ini. Tapi apa yang aku lakukan ini malah disalahgunakan oleh satu anggota kami. Dia itu X, aku ingat sekali saat itu. Padahl aku sudah mempercayai si X itu dalam konsultasi masalah ini. Tetapi dia malah menyebarka FITNAH ke semua orang yang ditemuinya. Aku menyadari akan hal itu saat salah satu temanku yang lain bercerita. Aku memaafkannya, namun dia tak juga berubah. Hingga akhirnya aku berjanji dalam diriku ini aku tak akan berbicara dengannya sebelum dia minta maaf langsung dihadapanku, bukan lewat SMS ataupun FB.
Oke, waktupun terus berlalu. Kami mencoba kembali bangkit dari sedikit keterpurukan yang ada. Aku akan mencoba untuk serius. Tapi saat masa uji coba itu, aku merasa aku hanyalah seorang yang asing. Gak berguna dan juga gak merugikan. Saat aku bilang X, tak ada satupun yang peduli. Tak ada satupun yang mencoba untuk mempertibangkannya. Saat itu pula aku mulai berpikir untuk mundur dan menyerah. Aku mulai termenung dan diam diantara mereka. Aku mulai tersadar saat aku menemukan jawabannya. Aku MUNDUR. Semua itu telah aku pertimbangkan dan aku konsultasikan.
Aku yakin akan prinsipku: jika aku mulai gak nyaman, aku lebih baik mundur dan mencari hal baru atau melakukan apa yang menjadi pasion ku, bukan hanya menjadi seorang parasit ataupun orang yang gak produktif. Aku akan fokus pada salah satu hal. Dan sekarang aku memilih satu hel itu, SOSIAL dan BUKAN BISNIS.
Terima kasih untuk semuanya, orang-orag yang hampir setiap minggu memberikan motivasi, hiburan dan ilmu. Tapi aku telah memilih, aku telah memtuskan dengan berbagai pertimbangan. Aku tidak hanya langsung berkata YA, tapi awalnya aku berkata TIDAK. Aku punya impian, begitu juga kalian. Mungkin perbedaan ini yang akan menjadikan kita akan satu kembali, bersama kembali, dan akan kokoh kembali. Kenangan saat kita bersama dulu akan aku genggam erat. Tapi maaf, untuk X, aku sulit memaafkanmu. Terima kasih. Sukseslah kalian, doakan terbaik untukku dan kalian.

Sabtu, 22 September 2012

Bangtan Season 2

Koplak, ngakak, dan persiapan yang benar-benar apa adanya. Mungkin ini patut aku kasih buat acara hari ini, 22 September 2012. Pembagian cabai, yang rencana awal akan dihadiri oleh para dosen pembimbing, ternyata gagal alias gak ada satupun dosen yang datang. Dan sesuai plan B, si kecil Takbir, akan mengisi acara ini dengan apa adanya pula. Slide-slide yang dibuat pun merupakan hasil karyana, H-1 acara Desa Cabai season 2. Pesimis-pesimis, itu yang kami rasakan awalnya. Aduuuuhhh...dengan dana yang pas-pasan kami mencoba untuk bangkit dan selalu optimis. Pasti ada jalan, walaupun kerikil-kerikil kecil kadang menghambat perjalanan kami. Dihinalah, dicacilah, dikucilkanlah (bahasa lebay)...tapi ini semua gak akan pernah mematahkan semangat kami. Tujuan kami hanyalah mengabdi ke masyarakat, gak lebih. Kami hanya ingin memberikan sedikit kemampuan kami dalam bidang Pertanian, bukan hanya hura-hura, ngehedon, dan selalu aneh-aneh. 
Oke, kami mulai beraksi sekitar pukul 06.30 pagi. Males awalnya, soalnya harus bangun pagi dan mandi pagi di hari libur, tapi aku mencobanya dan ternyata bisa. Kami memulai aktivitas dengan membersihkan gulma dalam pot, kemudian memisahkannya supaya memudahkan dalam pembagian nanti. Oke, setelah agak selesai kemudian kami sarapan pagi dengan menu nasi kuning ala kadarnya, hanya Rp 2000,00 dan entah itu beli dimana, yang penting perut terisi, makasi Dana dan Radhiya. Setelah makan, kami menuju ke Masjid Al-Barokah buat ngikutin pengajian ibu-ibu, sebelum acara dimulai. Hahaha...namanya anak muda, pasti males kalo ikutan begituan apalagi si penceramah pake bahasa Sunda, kagak ngarti aing mah. Akhirnya kami hanya bercengekrama di luar masjid sambil breafing sekilas tentang acara nanti. Oke, tepat pukul 09.30 pengajian selesai dan kami siap beraksi. Si Resa sebagai pembawa acara, Elfan si pemberi sambutan dan si kecil sebagai pengisi acara, oh iya aku dan Koko Ari sebagai PDD ala kadarnya. Banyak yang antusias sama acara ini. Banyak dari cabai mereka yang tumbuh oke (Desa Cabai Season 1). Tapi entahlah, kan aku gak pernah benar-benar liat. Tapi tujuan sebenarnya kami belum tercapai yaitu Warga akan memanfaatkan pekarangannya. Si kecil Takbir terus meyakinkan warganya supaya menanam komoditi lain agar pekarangan rumah mereka gak terbengkalai, okeh nanti kita liat perubahan dari warga.
Saat yang benar-benar menguras tenaga, jiwa dan emosi pun tiba. Bagi-bagi cabai ke warga. Aku yang sebelumnya sebagai PDD sekarang berubah menjadi si penerima tamu alias penunggu para warga untuk mendaftar. Riweh banget dah, warga pada gak sabar dan mereka pada curang. Bukan curang juga sih, tap gak jujur. Mereka menyuruh anak dan suami mereka buat ngambil cabe lagi dengan nama yang berbeda. Kami sempat kecolongan beberapa kali, namun itu semua dapat diatasi dengan jurus jitu kami. Hehehe.... Okeh setelah selesai semuanya, hampir pukul 12.00, kami beristirahat sambil foto-foto. Yah, mungkin aku dan temanku kurang sempurna sehingga banyak hal  dan kesalahan yang sering aku perbuat. Tapi aku mohon pengertian dan maafnya. Oh iya, satu lagi. Temanku yang awalnya sama sekali gak mau difoto, sekarang sangat narsis dan paling banyak foto dia di kameraku. Fiuuuuhhh...benar-benar capek.
Bangtan...Build up Super Team ^^







Kamis, 06 September 2012

Ini tentang Bangtan dan Ini tentang Teman

Pengembangan Pertanian alias Bangtan merupakan salah satu program dari departemen Litbangtan, Himagron, IPB. Memang belum genap setahun berjalan, namun kondisi kedekatan dan kekeluargaan telah kami dapatkan, walaupun pasti ada rasa bosan, malas dan kadang capek baik di jiwa maupun raga ini. Tema yang kami ambil dalam program ini adalah desa cabai. Kami harus benar-benar kerja keras dan mulai dari nol untuk menyukseskannya. Nyari dosen, bikin proposal kegiatan, nyari bambulah, bikin raklah, ambil tanah, pupuk kandang, sekam, ngisi polybag, tanam benih, sampai perawatan, pemindahan ke pot dan pembagian tanaman cabai ke warga. Sangat berat menurutku, awalnya, namun kesolidan harus tetap kami junjung tinggi demi kesuksesan Bangtan. Pas di tengah-tengah, kami mulai loyo dan kendor, termasuk semangatku ini yang kadang-kadang kendor hingga akhirnya menghilang bak ditelan bumi. Inginnya sih sendiriaaaannn terus dan masa-masa labil pun datang. Hingga suatu hari, hampir setiap akhir pekan aku memutuskan untuk pulang ke Purworejo. Aku jarang ikut menyiram cabai, memupuk cabai hingga gak ikutan pindah lahan. Yang sangat aku ingat hanyalah pada saat pembagian cabai. Dan itu sangat terpaksa bagiku (itu dulu).
Okehhh...Acara pertama yang berlangsung di Balebak itupun sukses dan berakhir. Bangtan pun mulai sedikit disanjung-sanjung oleh departemen, fakultas maupun tingkat universitas. Memang beban berat yang kami emban saat itu. Okehh...terdengarlah kabar bahwa LPPM IPB berminat untuk meminang atau hanya sekedar kerjasama dalam hal pengembangan Desa Cabai. Tanpa pikir panjangpun kami terima n tawaran itu, toh buat Bangtan lebih bersinar kedepannya. Awal program dari LPPM itupun dimulai. Entah aku lupa tanggal dan bulannya. Yang jelas aku gak ikut saat itu karena aku mengikuti program IPB Goes to Field di Klaten selama 1 bulan dan benar-benar menghilang sementara dari dunia Bangtan. Entah perkembangan apa yang aku tahu, yang jelas pada saat awal puasa dilaksanakan pindah lahan ke Balebak. Fakum, fakum, dan fakum. Malu banget awalnya saat harus meninggalkan Bagtan untuk beberapa waktu dan harus meninggalkan tanggung jawab yang aku emban. Okelah...Itu hanya sebuah masa lalu dan aku harus memperbaikinya di masa kini.
Akhir Agustus, Bangtan mulai aktif kembali begitu pula diriku ini. Bersyukur banget karena mereka semua masih menerimaku dengan segala kelahan yang telah aku perbuat terhadap Bangtan. Nyiram, mupuk, dan nyemprot adalah salah satu kegiatan rutin kami. Minggu, 2 September 2012 adalah sebuah titik balik semangat kami. Kami mulai terbuka, kami mulai bercerita dan kami mulai membangun kembali Bangtan dengan segala keterbatasnnya. Kami hidupkan kembali suasana keluargaan, kecintaan, dan rasa memiliki kami terhadap Bangtan.
huwaaaa....saatnya cerita kegiatan sehari-hari kami. Bu RW yang cantik, Pak RW yang ganteng dan para teteh2 yang manis selalu menerima kami dengan rasa suka. Tak pernah terbesit di wajah mereka penyesalan karena kehadiran kami. Oh tidaaakkkk...pertama kali aku kesana, aku diamahkan untuk mengambil air di sungai. Aku kira tak terlalu jauh jaraknya. Mungkin hanya menuruni satu atau dua anak tangga. Tapi, aku sangat kaget melihatnya. mungkin ada puluhan bahkan ratusan anak tangga yang harus aku lewati. Curam dan mengerikan. Sesampainya di sungai, pemandangan yang jarang aku lihat. Banyak Ibu rumah tangga sedang mencuci baju bahkan mandi dengan anak-anaknya. Tak hanya perempuan, kaum lelakipun demikian. Awalnya sih risih, selain gak enak sama mereka, sampah yang numpukpun menjadi tak sedap. Satu-dua-tiga,, akupun mulai lemah. Yah, aku harus mengangkat 1 gembor air dari sungai menuju tempat pemeliharaan cabai. Kaki gemetar, wajah pucat pasi, dan badan sakit itulah yang aku rasakan. Tak hanya diriku, tapi yang lain juga pasti pernah merasakannya. Oh iya, Pak dan Bu RW pun tak segan membantu kami membawa air. Ohhh... betapa baiknya mereka itu. Itulah yang aku rasakan saat awal Bangtan season 2. Masih banyak pengalaman menarik yang akan kami lewati bersama.
Maaf apabila ada kata-kata yang salah. Mohon bimbingannya.
BANGTANNNN!!!!Build up....Super Team
Inilah beberapa anggota Bangtan

Pak Ketua, Elfan yang bijak


 Surya (kemeja biru yag pendiam)
 Ramdana yang rempong
 Dita si kecil yang kece
 Listya yang gede
 Resa si euceu
 Ricky
 Sandy
 Takbir si SR aneh

Yogo si nama latin




Rabu, 05 September 2012

Minorku

Rabu, 5 September 2012 adalah kali pertama aku kuliah minor, setelah 3 semester lamanya aku gak ngambil mata kuliah tersebut dan hanya berkutat dengan mata kuliah mayor dan interdept. Aku mengambil mata kuliah Teori Harga Pertanian dan Ekonomi Produksi dari Departemen Ekonomi Sumberdaya Lahan, yang notabene gak ada praktikum dan prasyarat apapun. Perlu perjuangan untuk memperoleh kursi di mata kuliah ini, soalnya aku harus mengurusnya ke rektorat karena kehabisan kursi. Tapi, alhamdulillah aku mendapatkan kursi di matakuliah ini.
Kuliah Teori Harga Pertanian. Kuliah ini dilaksanakan di RK Ofac B1.2. Mampus nih, soalnya yang aku tahu ruangan ini gak ber-AC dan walaupun terdapat kipas angin, gak berfungsi secara optimal sebagai pendingin ruangan. Ditambah lagi pelaksanaan kuliah di siang hari tepat pukul 13.00 (jam orang tidur siang). Apa yang aku bayangkan ternyata sesuai dengan kenyataannya. Oh ya, yang lebih miris, ada satu deret tempat duduk yang tidak terdapat meja, padahal kuota ruang kuliah adalah 90 mahasiswa. Sialnya lagi, saat aku masuk kuliah, baju batik usang milikku sobek gara-gara terdapat besi kecil di meja yang nyantel di bagian punggung. Pas aku lihat... WOW...sekitar 30 cm panjang robekannya. 
Panas, gerah, keringat mulai bercucuran saat 15 menit aku duduk di ruang ini. Empat kipas angin besar hanya sebuah tontonan aneh dan sama sekali gak bikin adem nih ruangan. Dosen telat hampir 1 jam menambah rasa kesal ini. Apalagi saat dosen memberitahukan bahwa yang akan mengajar matakuliah THP ini adalah Mr. Ujang dan Mr Novindra (keduanya merupakan dosen yang amat sangat gak jelas saat  mengajar, pengalaman di mata kuliah Ekonomi Pertanian). Suara dosen yang mengis pendahuluan juga sangat menyebalkan. Suaranya yang pelan dan lembut membuat aku terlena dan mengatuk selama 1 jam perkuliahan. 
Benar-benar di dunia asing saat aku melihat banyak manusia-manusia modis nan cantik, berasal dari FEM, memenuhi ruang kelas. Beda banget saat aku melihat manusia-manusia lusuh nan dekil dari departemenku. Sedikit yang aku kenal dari mereka. Aku hanya banyak diam sambil sesekali tertawa karena tingkah komti kelas, Ujang Kurnia, salah satu teman satu departemen. Yah...dia adalah seorang tumbal dari kejahatan kami, para tim sukses deprtamen AGH, yang sangat puas ketika Ujang terpilih menjadi komti kelas.
Ekonomi Produksi. Ini merupakan salah satu mata kuliah minor kedua yang aku ikuti. Kali ini ruangan kelasnya di RK H101, dekat kantin Sapta. Ruang kelas ini sedikit lebih dingin dari ruang kelas sebelumnya. Terdapat 4 buah AC walaupun hanya 2 yang hidup. Jumlah mahasiswa yang lebih sedikit membuat ruang kelas lebih kondusif dibanding kuliah sebelumnya. Akirnya, aku menemukan teman-tema sesama minor di kelas ini. Satu jam kami menunggu, tak kunjung seorangpun dosen masuk ke kelas. Hingga kahirnya rasa kesal ini dan penilaian bahwaDOSEN DARI MINORKU SERING TELAT. Oke, aku tetap sabar menunggu sambil sesekali bercanda dengan Nabila, Elfan, Dana dan Radiya karena ada seorang teman bernama PONIMAN, si pembela poni dan ke-gabutan saat praktikum, yang selalu satu kelas dengan kami. Akhirnya, sesosok lelaki dewasa datang dengan jaket krem yang dikenakannya. Dia adalah Mr Novindra, mantan dosen Ekoper yang bikin ngatuk parah saat ngajar. Hati ini mulai gelisah saat dia berkata bahwa dia akan memegang kelas kami. Tapi akua harus positif menanggapinya, dan berusaha menerimanya. Ada sedikit kabar gembira untuk para Agrohoter saat terselip kalimat: Bu Hastuti akan mengajar di kelas ini juga. OOOhhh betapa indahnya dunia ini saat harus bertemu kembali bu Hastuti, salah satu dosen favoritku. Dua setengah jam aku harus bergulat dengan Ekonmi Produksi. Tak apa, karena ini merupakan sebuah pilihan. Dan semoga minorku ini sangat bermanfaat bagi kehidupanku.

Selasa, 04 September 2012

STYLE

Tulisan yang terlalu bodoh dan mungkin terlalu aneh buat di publish. Hampir seluruh mahasiswa pertanian, yang identik dengan baju kotor, muka lusuh, jarang mandi, pakai pakaian tak layak dan segala sesuatu yang jelek ada dalam diri kami. Sandangan itupun pun melekat erat pada diriku ini. Bahkan apabila ada sebuah penghargaan terlusuh, mungkin akulah pemenangnya. Hingga akhirnya seorang teman dan dosen menyarankanku untuk memakai 'sunblok' dengan SPF 40. Mungkin karena kulitku yang terlalu kelam ini aku mendapatkan saran aneh dan meneurutku sesuatu yang tabu, karena diriku jarang pakai make-up yang tebalnya hingga 5 cm. Bahkan telingakupun sangat asing dengan yang namanya foundation, eyeliner dan nama-nama aneh yang selalu dilontarkan dari mulut-mulut temanku itu. Aku merasa diriku ini aneh. Tapi ya inilah aku dengan segala keanehanku itu.
Lain dengan salah seorang teman di departemenku, sebut aja Bunga. Bunga merupakan seorang mahasiswa pertanian yang katanya pernah tinggal di Medan, Jogja, Surabaya, Bandung, dan sekarang menetap di Jakarta. Entah Jakarta beneran atau abal-abal. Gaya sok tahunya dia pernah menghantarkanku pada kesesatan duniawi hungga akhirnya muter-muter Jakarta tanpa arah dan tujuan. Mukanya yang garang dengan suara sok manja, padahal suara lebih keras dari halilintar, sering terdengaar bergemuruh di telingaku ini. Bahkan kalau dia cerita masalah seorang lelaki yang disukainya, ingin rasanya aku memberontak dan berkata: KAMU ITU GAK PANTAS!!!!. Tapi, apalah dikata, cinta memang buta, katanya.
Masih masalah bunga. Titip absen (TA) mungkin adalah sebuah kewajiban baginya, padahal dia adalah seorang petinggi di Fakultas Pertanian. Tapi apalah dikata. Mungkin karena keberuntungannya ia diterima dan hobinya adalah TA. Hampir setiap hari Senin ia tak pernah masuk kuliah dengan alasan macet di jalan antara Jakarta-Bogor, ataupun sebuah alasan klasik yaitu MALAS. Tapi terserahlah, itukan urusan dia dan dunianya.
Oke...sekarang yang dibahas mengenai penampilannya. Mau dibilang gak norak...tapi emang norak. Mau dibilang gak lebay...tapi emang lebay. Mau dibilang gak menor...tapi emang menor. Entah sebutan apa yang pantas untuknya. Bibir merah merekah dengan sedikit mengkilat seperti diolesi minyak goreng, bedak super tebal seperti tembok habis di cat dengan warna coklat-keputihan dan agak aneh dan rambut panjag yang digerai. Huwaaa...biasa aku sebut wewe gombel. Oh ya, satu lagi parfum menyengat dan bikin pusing selalu ia semprotkan saat kuliah. Hati terdalam berkata...sial banget nih orang duduk sebelah gue!!!. Bedak tebalnya itu membuat risih hampir semua pihak, soalnya warna kulit antara wajah dan leher sangaaaaattt berbeda. Bisa dibilang belang-belang kaya zebra. But it's Ok, and this is her style. Satu jam sampai dua jam, bedak itupun belum luntur. Tiga jam berikutnya,,ngeeekkk... gumpalan-gumpalan bedak memenuhi sekujur mukanya ditambah keringat bau yang membawa sisa-sisa bedak di wajahnya. Ohhh... tidaaaakkk ingin rasanya aku menyiram muka kecutnya itu dengan sebuah ember penuh lumpur hingga mukanya tak terlihat lagi.
Setiap manusia pasti punya style yang berbeda, tapi kalo nggak enak dipandang sih mendingan gak usah. Bikin ribet orang.