Selasa, 04 September 2012

STYLE

Tulisan yang terlalu bodoh dan mungkin terlalu aneh buat di publish. Hampir seluruh mahasiswa pertanian, yang identik dengan baju kotor, muka lusuh, jarang mandi, pakai pakaian tak layak dan segala sesuatu yang jelek ada dalam diri kami. Sandangan itupun pun melekat erat pada diriku ini. Bahkan apabila ada sebuah penghargaan terlusuh, mungkin akulah pemenangnya. Hingga akhirnya seorang teman dan dosen menyarankanku untuk memakai 'sunblok' dengan SPF 40. Mungkin karena kulitku yang terlalu kelam ini aku mendapatkan saran aneh dan meneurutku sesuatu yang tabu, karena diriku jarang pakai make-up yang tebalnya hingga 5 cm. Bahkan telingakupun sangat asing dengan yang namanya foundation, eyeliner dan nama-nama aneh yang selalu dilontarkan dari mulut-mulut temanku itu. Aku merasa diriku ini aneh. Tapi ya inilah aku dengan segala keanehanku itu.
Lain dengan salah seorang teman di departemenku, sebut aja Bunga. Bunga merupakan seorang mahasiswa pertanian yang katanya pernah tinggal di Medan, Jogja, Surabaya, Bandung, dan sekarang menetap di Jakarta. Entah Jakarta beneran atau abal-abal. Gaya sok tahunya dia pernah menghantarkanku pada kesesatan duniawi hungga akhirnya muter-muter Jakarta tanpa arah dan tujuan. Mukanya yang garang dengan suara sok manja, padahal suara lebih keras dari halilintar, sering terdengaar bergemuruh di telingaku ini. Bahkan kalau dia cerita masalah seorang lelaki yang disukainya, ingin rasanya aku memberontak dan berkata: KAMU ITU GAK PANTAS!!!!. Tapi, apalah dikata, cinta memang buta, katanya.
Masih masalah bunga. Titip absen (TA) mungkin adalah sebuah kewajiban baginya, padahal dia adalah seorang petinggi di Fakultas Pertanian. Tapi apalah dikata. Mungkin karena keberuntungannya ia diterima dan hobinya adalah TA. Hampir setiap hari Senin ia tak pernah masuk kuliah dengan alasan macet di jalan antara Jakarta-Bogor, ataupun sebuah alasan klasik yaitu MALAS. Tapi terserahlah, itukan urusan dia dan dunianya.
Oke...sekarang yang dibahas mengenai penampilannya. Mau dibilang gak norak...tapi emang norak. Mau dibilang gak lebay...tapi emang lebay. Mau dibilang gak menor...tapi emang menor. Entah sebutan apa yang pantas untuknya. Bibir merah merekah dengan sedikit mengkilat seperti diolesi minyak goreng, bedak super tebal seperti tembok habis di cat dengan warna coklat-keputihan dan agak aneh dan rambut panjag yang digerai. Huwaaa...biasa aku sebut wewe gombel. Oh ya, satu lagi parfum menyengat dan bikin pusing selalu ia semprotkan saat kuliah. Hati terdalam berkata...sial banget nih orang duduk sebelah gue!!!. Bedak tebalnya itu membuat risih hampir semua pihak, soalnya warna kulit antara wajah dan leher sangaaaaattt berbeda. Bisa dibilang belang-belang kaya zebra. But it's Ok, and this is her style. Satu jam sampai dua jam, bedak itupun belum luntur. Tiga jam berikutnya,,ngeeekkk... gumpalan-gumpalan bedak memenuhi sekujur mukanya ditambah keringat bau yang membawa sisa-sisa bedak di wajahnya. Ohhh... tidaaaakkk ingin rasanya aku menyiram muka kecutnya itu dengan sebuah ember penuh lumpur hingga mukanya tak terlihat lagi.
Setiap manusia pasti punya style yang berbeda, tapi kalo nggak enak dipandang sih mendingan gak usah. Bikin ribet orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar