Kamis, 09 Februari 2012

Pembohong

Sekarang ini, aku hanya ingin sendiri. Yaa, sendiri. Menikmati indahnya dunia tanpa seorang teman bahkan mungkin sahabat. Aku sendiri, jujur, tak pernah bisa menjadi seorang teman yag baik bahkan mungkin seorang sahabat. Karena yang aku yakini sahabat itu hanyalah PEMBOHONG BESAR yang bersembunyi di balik sikap manis dan lugunya itu.
Yah, kenapa aku tidak percaya akan sahabat? Berikut alasannya
1. Sahabat hanyalah manusia sok suci dan baik yang hanya akan mewarnai sedikit duniamu bahkan sahabat bisa juga membatasi kreativitasmu dan hidupmu.
2. Sahabat hanyalah sebuah kata munafik dari orang-orang yang selalu menganggap dia itu paling benar.
3. Sahabat hanya membuat kita patuh dan tunduk kepada keadaan dan tidak dapat menentang keberadaannya, bahkan membuat kita serasa terpenjara oleh situasi genting.

4. Sahabat hanyalah penghias ruang kecil di hati, dan bahkan membuat kita tidak sadarkan diri atas sebuah kondisi yang seharusnya kita tidak bisa melakukan hal tersebut.

Aku menulis ini hanyalah dengan emosi yang telah memuncak saat aku dihianati oleh sahabatku sendiri. Aku hanya mendengarkan keluhan-keluhan tidak penting yang membuat aku semaki muak dan semakin membuat keadaannya (dulu sahabat) semakin pasrah akan keadaan dan tanpa tindakan berarti. Tapi kadang aneh, aku juga selalu mendengarkan keluhannya, tapi tiba-tiba ia pergi begitu saja kala ia melihat seseorang yang mungkin lebih baik daripada aku.
Rasa manusiawi yang kadang hilang, janji palsu yang kadang menyesatkan aku, dan keluhan-keluhan bodohnya menjadi sampah dalam pikiran ini yang harus aku buang jauh. Yah,,hanyalah sampah.
Maafkan aku, aku menulis ini. Maaf jika kata-kata ini kasar dan maaf jika kalian tersakiti. tetapi, ini aku apa adanya.

Senin, 06 Februari 2012

Mimpi


Yah... aku mulai menulis lagi berbagai cerita-cerita gaje ku ini. Kali ini aku menuliskan sebuah rencana kecil untuk desa yang aku tinggali sekarang ini. Desa kecil di kaki bukit Giri Satria, Kaliwatubumi. Desa dimana aku dibesarkan dengan kasih dan sayang bapak dan mamakku. Desa yang berkembang dengan pertaniannya, dan desa yang membuat aku sadar akan pertanian itu, desa yang membuat aku lebih mandiri, dan desa yang sangat luar biasa.
Okeh, desaku ini dibilang cukup subur. Terbentang persawahan dan tegalan berwarna hijau. Terdapat juga bukit kecil dengan pohon-pohon besar yang menambah keindahan desaku ini. Aku mulai menyadari akan arti pertanian di desaku ini, makanya aku milih IPB. Yah bisa dibilang juga tanah di desaku ini cukup subur. Bukannya sombong, tapi emang bener sih. Okeh, di semester 3 aku mendapat pelajaran PIT alias pengantar ilmu tanah. Di mata kuliah ini aku mendapat pengetahuan tentang berbagai jenis, tekstur, dan struktur tanah. Aku mulai mencoba memirit-mirit tanah, dan ternyata ada perbedaan tanah di dekat bukit sama di pekarangan rumahku. Menurut analisis tanah yang aku pelajari, tanah di dekat bukit desaku ini mengandung unsur liat dan debu yang lebih dominan, soalnya tanah di dekat bukit ini terasa lengket dan licin. Sedangkan tanah di pekarangan rumahku didominasi oleh pasir berdebu. Yah, itung-itung menerapkan PIT dalam kehidupan. Selain itu, tanah di rumahku termasuk dalam Vertisol, yaitu tanah yang mengembang saat basah dan mengerut dan pecah-pecah saat kering.
Okeh, kembali ke desaku. Di desaku ini, pertaniannya sangat maju menurut pengamatanku. Hampir setiap sore hari para tengkulak sayuran mencari dagangannya di desaku ini. Mulai dari bayam, daun singkong, kangkung, dan berbagai sayuran lainnya. Selain itu, di desaku ini adalah surganya cabai, terong, pare, dan berbagai bibit tanaman perkebunan seperti akasia, jabon, dan jeruk lokal. Yah, bisa dilihat setiap hari para tengkulak membawa berkarung-karung sayuran untuk dijual di pasar tradisional esok paginya. Aku senang dan merasa sangat nyaman di desaku ini.
Yah, dibalik kerja keras para petani dan majunya pertanian di desaku ini, aku juga merasa sangat pesimis dengan keberlanjutan keberhasilan desaku ini. Aku heran dengan para pemuda di sini. Mereka sangat kurang tertarik dengan yang namanya PERTANIAN. Yah, bisa dilihat kenyataannya sih. Setiap sore, pemuda di desaku hanya main-main, ngobrol, nongkrong, dan pacaran di sekitar desa. Bahkan, saat aku tanya kenapa gak bantu ke sawa? Jawaban yang sangat menyedihkan: aku takut hitam dan jerawatan. Haaaaahhh. Jawaban yang aneh. Aku mulai berjalan di jalan desaku dan melihat pemuda disini hanya duduk manis sambil nongkrong di warung. Yah, aku mencoba masuk ke dunia mereka. Bukan pertanianlah yang mereka bicarakan, tetapi masalah PACAR. Huuuhh. Sampai-sampai ada yang berantem gara-gara pacar. Ya Allah. Betapa sempitnya pemikiran mereka. Rokok, HP, motor adalah barang wajib bagi mereka. Bukan keringat yang mereka kejar, tapi kesempurnaan duniawi.
Okeh, lanjut cerita. Aku mulai mengikuti rapat pemuda di desaku. Aku heran sama mereka. Yang mereka bicarakan hanyalah hal-hal yang gak jelas yang bersifat hura-hura. Bukan pertanian yang mereka bicarakan. Aku heran, padahal kalau ditelisik lebi dalam pertanian lah yang membesarkan mereka. Aku juga agak heran kala mengikuti rapat pertanian para bapak-bapak di desaku. Bukan produksi melimpah dan berkelanjutan yang dibahas, tapi hanyalah pupuk dan pestisida yang mereka bahas. Penting sih tapi.....
Aku juga agak kecewa dengan pemikiran para orang tua sekarang, yah yang tinggal di desaku ini. Mereka gak ingin anaknya kerja di pertanian dan lebih memilih anaknya kerja sebagai BURUH PABRIK yang bisa saja di PHK sewaktu-waktu. Tapi, pemikiran pemuda disini juga mungkin masih dangkal kali yah, hehehe. Mereka berpikir kalau sekolah terlalu tinggi hanya buang-buah duit. Yah, emang sih perlu adanya sosialisasi yang dapat membuka pikiran dan batin mereka. Oh ya, satu lagi yang aku amati dan ini merupakan bukti nyata dan didukung oleh guru ngaji+konsultan aku masalah yang mendera desaku ini. Dan mungkin inilah yang menjadi penyebab ledakan penduduk di Indonesia. Setiap kali orang di desaku pergi ke kota (Jakarta dan kota besar lainnya), pasti mereka akan mencari kerja apapun pekerjaannya. Setelah beberapa bulan, ada juga yang tahun, di kota, pasti saat pulang akan membawa calon istri atau suaminya ke rumah mereka. Dan beberapa bulan, pasti mereka akan punya anak dan anaknya akan ditinggal di desaku ini. Huh, selain nambah penduduk, ini juga meningkatkan perpindahan warga dari desa ke kota (urbanisasi)yang merupakan masalah besar yang sedang melanda kota-kota besar termasuk Jakarta. Yah sudahlah, apa boleh buat. Masak aku harus mencegahnya.
Okeh, ada beberapa lagi  masalah pertanian yang melanda desaku ini. PERTAMA, masalah kepemilikan lahan dari petani yang terlalu sempit selain itu, adanya konversi lahan dari pertanian ke nonpertanian, seperti  dua perumahan yang terletak di desaku ini. KEDUA, kurangnya perhatian aparat desa terhadap perkembangan pertanian di desaku ini. Kata masyarakat di desaku ini sih, lurahnya gak jelas, suka mangkir dari pekerjaan dan tanggung jawabnya, dan yang jelas dia itu GABUT. KETIGA, adanya pihak-pihak penguasa yang ingin memiliki seutuhnya tanah di desaku. Ada salah satu perusahaan besar yang membeli tanah di desaku dengan harga sangat murah. Dan tanah tersebut dibuat untuk kepentinga perusahaan, misalnya sebagai tempat penjualan mobil bekas dan restoran. KEEMPAT, kurang pedulinya pemuda dalam hal pertanian.
Banyak hal yang ingin aku lakukan untuk desaku ini. Yah impian aku sih ingin memajukan desaku ini melalui pertanian. Soalnya, kedepan pertanian itu sangat dibutuhkan. Coba bayangkan kalau semua orang jadi guru, lalu siapa yang mau jadi petani? Masak kita harus terus-terusan ngimpor da akhirnya berujung pada demo mahasiswa dan kesenjangan sosial. Huh, mau jadi apa coba??? Impian aku sih pertania modern untuk kemajuan desa. Jadi, di desaku ada sebuah wadah yang membidangi pertanian, yang jelas pertanian dalam arti luas. Kemudian, di desaku juga ada sebuah wadah yang mengelola hasil pertanian tersebut. Yah, itenaga kerjanya sih dengan memberdayaka masyarakat sekitar. Terus, apa peran pemuda? Kalo menurutku sih, pemuda ka cerdas dan banyak ide. Mungkin dengan memanfaatkan limbah-limbah rumah tangga dapat membuat sebuah kerajinan yang dapa mengisi waktu luang mereka. Selain itu, pemuda juga dapat membantu mensosialisasikan pertanian tersebut, mungkin dengan teknologi-teknologi baru, informasi-informasi yang sedang berkembang, mengenalkan internet ke petani, ataupun menjadi media penghubung antara petani dengan pemerintah. Hehe, itu sih Cuma angan-angan belaka. Selain bidang pertanian, aku juga ingin meningkatkan pariwisata di desaku ini. Yah mungkin melalui BLOG aku ini, aku dapat mengenalkan desaku ini pada dunia bahwa kami itu ada. Hehe.
Oh ya, satu lagi dan mungkin ini kalimatku yang terakhir. Aku ingin pemuda bergerak, aku ingin petani tersenyum, aku ingin dunia melihat, dan aku ingin desaku berebeda dengan pertaniannya.