Pagi-pagi aku berjalan sendirian menuju Kebun Percobaan Cikabayan. Aku datang dari arah Babakan tengah alias Bateng tempat aku kost. Aku buru-buru menuju Cikabayan soalnya waktu telah menunjukkan pukul 08.00. Aku percepat langkah kaki ini menuju berlin. Setelah Berlin sampai juga aku di depan Faperta. Tapi apa yang aku lihat pagi itu? Jalan becek, licin, dan rusak di sepanjang Faperta sampai tanjakan FMIPA. Aku berdiri sejenak di bawah pohon besar di dekat area parkir para dosen Faperta. Aku melihat para pekerja yang sedang menggali lubang disana. Katanya sih, mau ada pelebaran jalan. Tapi yang aku sedihkan tak ada lagi pohon besar yang menaungi jalan di tanjakan FMIPA. Tapi, mungkin itu merupakan keputusan terbaik dari pihak kampus dan para kontraktor yang telah merencanakan sebuah tempat yang megah dan indah.
Aku kembali berjalan naik menuju tanjakan FMIPA. Sebelum naik tanjakan, terdapat tulisan 'Maaf, jalan ditutup'. Aku mulai resah kala aku berjalan di jalan tersebut. Licin dan lengket, selain itu banyak kerikil yang berjatuhan di sepanjang jalan, banyak ranting dan kayu pohon bekas ditebang yang masih berserakan. Ya sudahlah, munkin memang belum dibersihkan. Aku lanjutkan perjalananku ini. Di depan Gymnasium, yang dulunya teduh oleh pohon karet, sekarang tinggal beberapa pohon saja. Pohon karet yang menjulang tinggi, terlihat berserakan di sepanjang jalan. Yah, mungkin konsekuensi sebuah pembangunan. Aku lanjutkan l;agi perjalananku. Aku sekarang tiba di depan pintu asrama TPB IPB. Aku lihat, asrama tampak sepi karena mungkin penghuninya pulang ke rumah sebelum UAS semester ganjil dilaksanakan. Aku berjalan lagi, dan terdengarlah suara para kontraktor yang sedang berdiskusi masalah pembangunan gedung baru di dekat asrama,aku lupa namanya. Terdengar mereka menggunakan bahasa Jawa. Hah, aku sejenak berpikir, ternyata orang Jawa itu hebat. Dikala lamunanku itu, aku menginjak adonan semen di tengah jalan. Hah, tidaaakk.. Aku berteriak dalam hati. Sandal jepit warna biruku masuk ke dalam adonan semen. Para kontraktor pun melihat tingkah anehku ini. Malu sih, tapi tak apalah. Setelah aku ambil sandalku dari adinan semen itu, aku berlari menuju jalan Fahutan. Di sepanjang jalan Fahutan, aku melihat jajaran truk terpakir di sana. Terlihat juga para sopir yang tertidur pulas di dalam truk. Huh, banyak banget truknya. Aku kembali berjalan. Sampailah aku di jalan Fahutan dekat Gedung Toyib. Kembali aku melihat pemandangan yang sama, jalan becek, banyak lumpur, kerikil, dan agak sedikit rusak. Aku berjalan kembali menyusuri jalan becek itu. Lagi-lagi aku terpeleset di sana. Dalam hati kecilku, untung gak ada orang,hehe.... Aku kembali berjalan melewati jalan Fahutan. Tampak sepi hari itu. Akhirnya, tibalah aku di depan Al Hurriyah. Lagi-lagi, terlihat jalan becek dan banyak kerikil. Aku mulai berhati-hati, jangan sampai sandal aku terjebak di dalam jalan becek itu. Akhirnya, setelah melewati jalan yang becek, penuh kerikil dan berliku ini, aku merasa lega. Haha... Tapi, kakiku sangat kotor oleh lumpur sialan ini. Tapi, aku berpikir kembali, Ya Allah, aku kan sedang di depan masjid, aku gak boleh berpikiran kayak gitu. Pikiran sok alim itupun keluar. Beberpa menit kemudian, akhirnya aku sampai di Kebun Percobaan Cikabayan. Rasa lega ini pun muncul. Tapi, bagaimana nasib aku pas pulang dari Cikabayan nanti yah??? Hah, semoga tak sial lagi. Haha....
Maaf, belum sempat UPLOAD foto-foto gajenya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar