Senin, 26 Desember 2011

Maaf, Temanku

Gak tau kenapa aku ingin menulis di blog sederhanaku ini, kala waktu menunjukkan pukul 01.10 pagi. Ditemani buku Klimatologi dan suara lembut dari piano, aku ketikkan kebimbangan yang tengah aku alami. 
Tak kusadari, umurku lambat laun terus berkurang, dan mungkin hidupku akan menjadi lebih rumit. Entah apa yang aku pikirkan kala itu. Aku terpaku pada sebuah foto yang aku jadikan background di notebook aku ini. rasanya aku ingin menangis melihat foto itu. Tapi aku terus berpikir, dosakah aku bila aku memandang foto ini? Ingin aku ceritakan kebimbangan aku ini pada Ibu. Tetapi, jaraklah yang memisahkan kami berdua. Aku terus berpikir bagaimana cara menghilangkan bayang-bayang wajahnya itu dari pikiran kotorku ini. Dan akhirnya, aku menemukan jawaban kecil, KLIMATOLOGI. Aku mencoba melupakannya lewat buku klimatologi. Tapi, aku malah teringat wajah seseorang di foto itu, kala kuliah klimatologi. Ah... aku gak boleh gini, kataku dalam hati kecil ini. Tetapi, apakah aku bisa melupakan wajah di foto itu?
Saat kesendirianku, seseorang itu selalu datang dengan wajah juteknya. Mungkin, itulah yang membuat aku selalu terbayang oleh wajahnya. Saat aku kesel, seseorang itu selalu menambah rasa kesal itu, tetapi aku suka. Beda dengan orang lain, kala aku kesel, ditambah datangnya orang lain, membuat aku tambah kesel.Aku gak tau kenapa aku bisa, padahal aku....
Aku terus mencari solusinya, dan ternyata seseorang itu punya pikiran sama. Kadang aku terlalu egois untuk meniali sikap orang itu. Aku terlalu sok tau dan menggurui, kalau dia itu sangat tak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tapi itu semua salah kala orang itu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku baru tahu kalau dia itu lebih tua dibandingkan aku. Dia berhenti sejenak dari rutinitas pendidikan untuk mencari tambahan kuliah. Tak kusangka, betapa dewasanya pemikiran dia. Aku terlalu manja dikala dia ada disampingku hingga akhirnya aku merasa malu dan sangat kurang dari orang itu. Aku terlalu cepat menilai orang, aku terlalu mudah untuk mengatakan dia jahat dan dia amat buruk.

Maafkan aku teman, mungkin kamu tak tahu ini semua. Kadang aku mengatakan hal-hal buruk darimu. Aku terlalu sering menganggapmu jahat dan amat buruk. Tapi itu sungguh karena aku peduli kamu dan aku gak ingin kamu melakukan hal yang sama pada kawanmu yang lain, dan aku gak ingin kamu melihat teman-temanmu kecewa dengan sikapmu selama ini. Aku sayang kamu sebagai teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar