Jumat, 13 September 2013

Pengalaman Hidup

Ah,, mungkin agak sedikit terlambat buat menyadarinya. Terlalu tak pedulikah aku dengan lingkungan sekitar maupun orang-orang di sekitarku. Terlalu menyenangkan sepertinya dengan kehidupan diri sendiri hingga lupa akan syukur kepada Sang Pencipta. Tak terlalu biasa dengan kehidupan yang sepi dan menjenuhkan yang sebenarnya nyaman, menyenangkan dan penuh kehangatan. Aishhh,,,entah apalah ini yang membuat kehidupan seperti terombang-ambing.
KKP
Semua berawal dari KKP. Terserah orang mengartikan apa KKP itu, bagiku KKP akan memberikan banyak hal, tentang kebersamaan, persahabatan, kekeluargaan dan hal lainnya yang membuat hati ini seperti nyaman, tentram dan damai layaknya hidup dengan keluarga sendiri. Yah,,awalnya aku coba untuk berbuay demikian. Namun apalah daya, mereka itu tak seperti keluarga atau sahabat-sahabatku. Berbeda sekali. Berbeda dengan pemimpin yang biasa kukenal, berbeda dengan teman2 satu keanggotaan saat berbicara, berbeda dengan sahabat-sahabat saat menyapa dan bercanda. Mencoba untuk sedikit mengalah dan memahami mereka, namun setelah satu minggu strategi adaptasi yang aku lakukan tak kunjung berhasil. Strategi kedua yaitu berpikir dan bertindak seperti mereka. Namun apalah daya, inilah Sundari dengan segala kekurangannya. Selalu terbesit kalimat, ini bukan diriku, merasa terkekang dan gak bisa berkembang seperti yang biasa kulakukan di kampus. Menulis pun tak dapat, mengeluarkan pendapat pun tak bisa,  menyampaikan apapun yang ku ketahui pun selalu dicecar. Hingga tiba saatnya aku merenung di keramaian mereka yang sedang tertawa. Aku coba untuk interospeksi diri, dan inilah jawabannya. Aku harus bersabar dan menjalani KKP ini seperti aku menjalani kehidupanku dengan keluarga dan sahabat-sahabatku, meskipun kadang hati ini juga sering menginginkan untuk berlabuh ataupun mulut ini memuntahkan segala cerita-ceritanya kepada sang pendengar.
Tiap hari tiap waktu aku memulai kehidupan di KKP ini dengan penuh kesabaran dan terus mencoba untuk memperbaiki diri hingga akhirnya aku merasakan sedikit kenyamanan dengan yang lainnya. Kadang, keluhan ini aku sampaikan ke sahabat-sahabatku yang berada jauh, di Pantura.
Yah, satu demi satu mulai aku coba pahami karakter mereka.
Teki Sinatria, Pak Kordes, yang selalu membangunkan kami saat Subuh dengan nyanyian-nyanyian dari grup band Letto yang bagiku sangat kuno, pada saat itu. Sikap kakunya kadang membuat aku dan perempuan2 di kelompokku merasa jengkel. Dia seperti tak memahami wanita yang kebiasaannya mungkin sangat berbeda dari wanita yang selalu membayangi setiap detik kehidupannya. Selalu dibandingkan dengan wanita itu, yah mungkin baginya dia sangat sempurna dibandingkan 3 gadis yang masih manja ini. Namun aku tau, dia sesungguhnya sangat melindungi kami walaupun caranya yang membuat kami merasa berlebihan dan tak suka. Ah, pak Kordes yang sesungguhnya tak terlalu istimewa bagiku, tak seperti yang orang-orang bilang tentangnya. Mungkin orang-orang di luar sana yang terlalu berlebihan karena mereka belum pernah tinggal satu atap dengannya selama kurang lebih 2 bulan. Memang tak cukup lama mengenalnya dan bagiku pak Kordes ini tak seperti apa yang selama ini aku bayangkan. Namun sungguh, hatinya sangat mulia, sangat berbeda dari pak kordes-pak kordes lainnya.
Evan Ardhi, seorang mahasiswa Departemen Ekonomi Syariah yang sifatnya kadang-kadang kekanak-kanakan dan kadang lebih dewasa dari umurnya yang baru 19 tahun. Ingat sekali saat dia membanggakan baju Barcelona ataupun barang-barangnya yang berhubungan dengan Barcelona, Messi, Pedrosa ataupun Marques. Kesombongan yang kadang juga membuat aku kagum yaitu dia selalu memenangkan laga PeS melawan 2 laki-laki lainnya. Evan yang selalu mengucapkan Assalamua I love you saat menerima telefon atau waalaykumsayang saat menjawab salam. Ahhh,,orang ini yang selalu mencairkan suasana saat kita tengah berada dalam situasi genting dimana perang pendapat sedang dimulai, saat tengah sama-sama ngotot. Hemm,,,pasti aku akan merindukan Evan yang kadang sulit dicari sifat seperti ini.
Supriyanto, seorang mahasiswa yang selalu ngotot dengan pendapatnya tanpa didasari oleh fakta-fakta yang ada namun tak mau kalah kalau sudah terlihat kekalahannya. Itulah sikap yang menurutku pecundang dan seseorang yang sepertinya masih buta akan aspirasi. Di balik itu semua, dia mempunyai jiwa yang baik. Kebiasaannya merokok kadang membuatnya sedikit dewasa dalam berkata *gak nyambung* atau mungkin pengalaman hidupnya yang lebih lama yang membuatnya demikian. Entahlah..
Nabila, si wanita pendiam dalam kelompok aku. Diamnya dia kadang membuat gregetan karena aku gak suka orang yang terlalu diam bahkan lelet. Hemmm,,,tapi mungkin inilah sikapnya hingga akupun tersadar bahwa setiap orang berbeda dan gak bisa sama dengan teman-temanku yang lainnya. Dia juga menjadi primadona di kampung ini karena kecantikannya, namun sedikit pudar saat orang-orang menganggapnya ansos. *sorry*
Ria Brilian, si cewek yang selalu teriak-teriak gak jelas. Awalnya risih, namun lama kelamaan ternyata itulah sikapnya. Di balik teriakannya dia, dia selalu mengingatkan kami dalam kebaikan.

Memang semua kelompok mempunyai caranya sendiri saat pendekatan ke masyarakat. Namun cara yang dilakukan kami, menurutku sangat tak aku sukai hingga akhirnya aku berjalan seorang diri untuk mencoba mendekatkan diri pada masyarakat sekitar. Kadang aku juga iri dengan kelompok lain yang sepertinya mempunyai kedekatan fisik dan batin di antara lainnya. Aku memang bukan orang rumahan dan selalu gak betah saat harus duduk manis di rumah menonton film ataupun hanya ngobrol hal-hal gak penting. Aku lebih suka lapang, matahari, keramaian dan kebersamaan. Aku suka jalan-jalan yang mungkin membuat kalian merasa tak enak hati kala harus mengantarku untuk sekedar mencari bakso ikan. Aku suka merenung dibandingkan hanya nge-gosip hal-hal yang gak jelas hingga mungkin kalian mengira aku marah. Yah, itulah aku dengan segala sikapku yang kadang membuat kalin juga tak nyaman. Namun, aku sungguh mendapatkan banyak hal saat bersama kalian. Perbedaan itu bukan untuk disamakan, namun untuk disatukan. Pelajaran hidup banyak aku dapatkan saat bersama kalian. KKP Banjarsari banyak mengubah diri ini, kalian selalu mengingatkanku akan persahabatan yang sejati, kehidupan yang abadi dan kematian yang akan segera menghampiri. I LOVE YOU ALL

1 komentar:

  1. #eeaaa problematika KKP..setiap nak IPB #khususon Faperta pasti pernah mengalaminya..
    penuh dilema dan problematika..setiap orang keras memegang prinsipna,,setiap orang bersikukuh dengan pendapatnya..tinggal gimana kita menyikpinya..
    karena itulah realita hidup yg sebenarnya,,yang nanti mungkin akan kmu hadapi di dunia nyata..:))
    sebuah pesan dari mahasiswa IPB yg jg pernah KKP,hehe ^_^

    salam EPICENTRUM
    wait for visit :))

    BalasHapus