Kerinduan akan sawah ini kembali
bergejolak. Sejuknya angin yang ditemani wewangian lumpur sawah dan musik dari
batang padi yang bergoyang dan suara jangkrik kembali menyeruak memanggil
namaku untuk kembali dan menjemputnya datang. Capung, tomcat dan laba-laba
senantiasa melambaikan tanggannya untuk meminta pertolongan dari baunya
pestisida yang terus-menerus mereka semprotkan. Katanya pestisida itu paling
ampuh (??). Yah, kerinduan yang mungkin sangat berbeda dibandingkan kerindiuan
yang mungkin kini sedang dialami waniat seumuran saya. Mereka mungkin hanya
merindukan keluarganya, merindukan teman-teman mainnya ataupun merindukan
seseorang yang dicintainya. Kerinduan yang aku alami hanyalah kerinduan akan
Sang Pencipta dan kerinduan dengan pertanian yang diciptakannya. Oh, aku sangat
merindukanmu matahari yang membuat kulit ini menjadi semakin legam.
Warna hijau yang membentang setiap
mata memandang sekeliling di lokasi ini sungguh sangat menyejukkan mata dan
hati nan gundah ini. Melihat tanaman padi yang memancarkan sinar kuning
bagaikan emas itu sungguh sangat menyenangkan, pertanda panen raya akan segera
tiba dan pesta pun akan segera dimulai menyambut kemandirian pangan yang selalu
didengungkan oleh pemerintah, bukan ketahanan pangan yang ujung-ujungnya hanya
impor dari negeri tetangga. Aku pun berharap hasilnya akan optimal sehingga
meyakinkan sang pemimpin yang menunggu di balik tembok nan tinggi dan dibalik
ruangan berpendingin itu tersenyum lebar dan berkata bahwa ‘akulah yang
melakukan hal itu’. Hasil panen yang optimal ini akan menambah kepercayaan
tinggi dari sang Petani unuk senantiasa menjaga hasil panen tersebut dan selalu
menjaga lingkungan untuk keberlanjutan pertanian di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar