Minggu, 18 Agustus 2013

18 Agustus 2013

Kerinduan akan sawah ini kembali bergejolak. Sejuknya angin yang ditemani wewangian lumpur sawah dan musik dari batang padi yang bergoyang dan suara jangkrik kembali menyeruak memanggil namaku untuk kembali dan menjemputnya datang. Capung, tomcat dan laba-laba senantiasa melambaikan tanggannya untuk meminta pertolongan dari baunya pestisida yang terus-menerus mereka semprotkan. Katanya pestisida itu paling ampuh (??). Yah, kerinduan yang mungkin sangat berbeda dibandingkan kerindiuan yang mungkin kini sedang dialami waniat seumuran saya. Mereka mungkin hanya merindukan keluarganya, merindukan teman-teman mainnya ataupun merindukan seseorang yang dicintainya. Kerinduan yang aku alami hanyalah kerinduan akan Sang Pencipta dan kerinduan dengan pertanian yang diciptakannya. Oh, aku sangat merindukanmu matahari yang membuat kulit ini menjadi semakin legam.

            Warna hijau yang membentang setiap mata memandang sekeliling di lokasi ini sungguh sangat menyejukkan mata dan hati nan gundah ini. Melihat tanaman padi yang memancarkan sinar kuning bagaikan emas itu sungguh sangat menyenangkan, pertanda panen raya akan segera tiba dan pesta pun akan segera dimulai menyambut kemandirian pangan yang selalu didengungkan oleh pemerintah, bukan ketahanan pangan yang ujung-ujungnya hanya impor dari negeri tetangga. Aku pun berharap hasilnya akan optimal sehingga meyakinkan sang pemimpin yang menunggu di balik tembok nan tinggi dan dibalik ruangan berpendingin itu tersenyum lebar dan berkata bahwa ‘akulah yang melakukan hal itu’. Hasil panen yang optimal ini akan menambah kepercayaan tinggi dari sang Petani unuk senantiasa menjaga hasil panen tersebut dan selalu menjaga lingkungan untuk keberlanjutan pertanian di Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar