Pertanian, impianku |
Separuh jiwa, mungkin dua buah kata yang cocok bagi aku beberapa bulan terakhir. Aku memang mencintai pertanian sejak aku kecil, karena aku dibesarkan di lingkungan pertanian, mulai dari bapak yang seorang petani sekaligus pedagang dadakan produk primer pertanian. Komoditas yang bapak tanam mulai dari hortikultura, tanaman pangan, dan komoditas perkebunan. Komoditas hortikultura yang ditanam misalnya bayam, kangkung, tomat, kacang panjang, cabai, terong, pepaya, jeruk, dan lainnya. Komoditas pangan yang ditanam misalnya padi (IR64, Ciherang, Cimalaya, dll), jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan sekarang merambah ke sorghum, sedangkan untuk komoditas perkebunan, bapak hanya menjual bibitnya. Misal kopi, jabon dan lainnya. Maka dari itu, aku ingin sekali saat itu masuk ke dunia pertanian. hehehe
Okeh, masa kecil bagiku mungkin sangat berbeda dengan anak-anak lainnya. Aku tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang sangat sederhana. Sering aku malu kala ditanya pekerjaan orang tua, yang hanya sebagai petani. Namun,tak pernah aku berusaha untuk menjelek-jelekan bapaku ini. meskipun keadaan yang kurang, aku tetap berusaha menjadi anak yang lucu dan cantik, walaupun sering aku dibilang anak cowok karena kenakalanku. Aku ingat sekali saat kecil dimana aku harus membiayai sekolahku dengan ikut melakukan kegiatan menempel mata tunas pada jeruk, memasukkan tanah dan menyemai biji akasia di sawah. Mungkin efek dari setiap hari di sawah yeng mengakibatkan kulitku sedikit eksotis. Ulalala...masa kecil yang menyenangkan.
Firdasari, pemain badminton favorit |
Namun, dibalik keinginanku untuk menekuni pertanian, aku juga punya impian besar untuk dapat bermain volly dan badminton. Setiap sore aku terus menerus latihan untuk dapat mengikuti kompetisi-kompetisi. Namun takdir berkata lain. Aku tidak dapat mengikuti kompetisi satupun saat SD, SMP dan SMA karena tak diperbolehkan bapak. Sedih sih memang, namun aku selalu bermimpi untuk menjadi pemain volly dan badminton, meskipun sangat pas-pasan kemampuan ini. Akhirnya, separuh jiwaku ini aku temukan saat aku berada di Bogor, dalam rangka menuntut ilmu-ilmu pertanian. Aku diberikan banyak kesempatan untuk mengikuti kompetisi-kompetisi badminton dan volly, baik tingkat departemen, fakultas maupun IPB. Menyenangkan sekali saat impian yang tertunda hampir 12 tahun akhirnya aku dapatkan saat aku telah agak berumur. Tiada ada kata terlambat untuk mencapai sebuah impian tersebut. Berlatih danketekunan menjadi salahsatu kunci kesuksesan. Hemmmm... Akhirnya Separuh jiwa yang hilang telah aku temukan. Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah memberikan kesempatan yang sangat besar buat aku dalam berkarya saat kuliah ini. Kapan lagi kita bersenang-senang. Saat mudalah merupakan waktu yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar